DIKSI (PILIHAN KATA)
MAKALAH
BAHASA
INDONESIA
TENTANG
DIKSI (PILIHAN
KATA)

DISUSUN
OLEH :
BK/012/E
KELOMPOK
III
·
MERI HANDAYANI (12060148)
·
DIANA HARIASTI M. (12060160)
·
NOVI
ERISTA (12060164)
·
RIGITA (12060169)
DI BIMBING OLEH :
Buk Sri
Mulyani.,M.Pd
PROGRAM STUDI BIMBINGAN
DAN KONSELING
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN
DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) PGRI SUMATERA
BARAT
PADANG
2013
KATA PENGANTAR
Syukur
alhamdulillah Penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Diksi (Pilihan Kata”.
Makalah ini penulis ajukan guna memenuhi tugas mata kuliah “Bahasa Indonesia”
Penulis
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah
ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Tak ada
gading yang tak retak, begitu juga dalam pembuatan makalah ini.
Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaaan, baik materi maupun
teknik penulisannya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun, sehingga makalah ini bisa mencapai kesempurnaan sebagaimana
mestinya.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
yang membaca khususnya terhadap penulis. Atas kritik dan saran yang diberikan
penulis ucapkan terimakasih.
Padang, 25 Maret 2013
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar .................................................................................................... i
Daftar Isi ............................................................................................................. ii
Bab I Pendahuluan ............................................................................................. 1
1.
Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1
2.
Rumusan Masalah ................................................................................... 1
3.
Tujuan ..................................................................................................... 1
4.
Manfaat Penulisan .................................................................................. 1
Bab II Pembahasan ............................................................................................. 2
1.
Penerapan
Diksi dalam Kalimat Ragam Formal....................................... 2
2.
Penggunaan
Struktur Bahasa Indonesia.................................................. 12
Bab III PENUTUP ............................................................................................ 16
1.
Kesimpulan ............................................................................................ 16
2.
Saran ...................................................................................................... 16
DAFTAR
PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang Masalah
Seperti
yang kita ketahui bersama, banyak penulis yang tidak begitu memperhatikan kata
yang digunakan nya saat menukis. Padahal, setiap kata yang digunakan untuk
menulis memiliki banyak makna yang sangat berbeda. Contohnya saja, antara kata
yang bersinonim, adakalanya kata tersebut memilki makna yang sama, tetapi
adakalanya pula kata yang digunakan tersebut memiliki makna yang sangat
berbeda.
Oleh
sebab itu, pemilihan kata akan sangat mempengaruhi arti, maksud dan penyampaian
kata yang ditulis jika kata yang digunakan tidak tepat. Seperti salah
menggunakan kata hubung, waktu, tempat, dsb. Oleh karena itu, seorang penulis
apalagi penulis ilmiah harus sangat memperhatikan pemilihan kata agar tujuan
yang dimaksud tersampaikan kepada yang membaca tulisan tersebut.
2.
Rumusan Masalah
a.
Bagaimanakah cara menerapkan diksi (pilihan kata) dalam kalimat ragam
formal ?
b.
Bagaimanakah menggunakan struktur kalimat bahasa ?
3.
Tujuan Penulisan
a.
Agar mahasiswa memahami apasaja harus diterapkan dalam membuat tulisan
b.
Agar mahasisa mwngetahui apasajakah hal yang perlu diterapkan dalam
melakukan diksi
c.
Agar mahasiswa mengetahui bagaimana menggunakan struktur kalimat bahasa
4.
Manfaat Penulisan
Untuk mengetahui cara
menerapkan diksi dalam penulisan kalimat ragam formal dan untuk mengetahui cara
menggunakan struktur kalimat bahasa dalam penulisan.
BAB
II
PEMBAHASAN
Diksi
(Pilihan Kata)
a. Penerapan
Diksi (Pilihan Kata) dalam Kalimat Ragam Formal
Kata-kata yang
digunakan dalam kalimat, perlu dipilih secara tepat sehingga mampu
mengungkapkan maksud yang diutarakan secara tepat pula. Diksi atau pilihan kata
yang tepat juga akan memudahkan pembaca untuk memahami maksud yang disampaikan
sebagai penulis. Oleh karena itu, ketika membuat kalimat Bahasa Indonesia ragam
formal harus memilih, menimbang, dan menggunakan kata secara tepat.
Ada beberapa alasan
yang menyatakan kenapa harus memilih kata dan menggunakan kata secara tepat,
antara lain sebagai berikut :
1.
Kata-kata
ada yang memiliki makna "denotatif” dan ada pula yang sekaligus memiliki
makna “konotatif”
2.
Kata-kata
ada yang memiliki makna “umum” dan memiliki makna “khusus”
3.
Kata-kata
ada yang memiliki makna “sinonim”
4.
Kata-kata
ada yang berupa kata ragam formal (baku) dan kata ragam percakapan (non baku)
5.
Kata-kata
perlu digunakan secara tepat
6.
Kata-kata
perlu ditulis secara benar
Dan dapat dilihat makna dari setiap
alasan diata, antara lain :
1. Kata-kata
Denotatif dan Konotatif
Kata-kata yang bermakna “denotatif” adalah kata-kata
yang disebut juga bermakna konseptual, bermakna kognitif dan bermakna
referensial. Kata bermakna denotative adalah kata yang bermakna sesuai dengan
hasil observasi penglihatan, penciuman, pendengaran, perabaan dan pengecapan. Maksudnya,
kata-kata yang mengandung makna denotative adalah kata-kata yang maknanya
menyangkut informasi-informasi factual objektif (dalam buku Chaer, 1995:65-66).
Makna denotative juga dapat diarikan sebagai makna yang didasarkan atas
hubungan lugas antara satuan kata dan wujud diluar bahasa yang diterapi satuan bahasa itu secara tepat (Pateda,2001:98).
Kata-kata bermakna “konotatif” adalah kata-kata yang
memiliki makna asosiasif dan timbul sebagai akibat dari sikap sosial, sikap
pribadi dan kriteria tambahan yang dikenakan pada sebuah makna konseptual atau
denotative (Arifin dan Tasai, 2004:26). Menurut Pateda, makna konotatif muncul
sebagai akibat asosiasi perasaan pemakai bahasa terhadap kata yang didengar
atau kata yang dibaca. Makna konotatif terdapat pada kata yang bermakna
denotative. Artinya, dapat dipahami bahwa pada umumnya semua kata mempunyai
makna denotative, tetapi tidak semua kata tersebut mempunyai makna konotatif.
Kata Denotatif Kata Konotatif
·
Membicarakan Membahas,
mengkaji
·
Memperhatikan Menelaah, meneliti,
menyelidiki
·
Penonton Pemirsa,
pemerhati
·
Rumah Gedung,
wisma, graham
·
Membuat Merakit,
menyulap
·
Sesuai Harmonis, serasi
·
Tukang Juru, ahli
·
Pekerja Pegawai, karyawan
Kata yang bermakna denotative adalah kata yang
memiliki arti harfiah dan tidak memilki
makna tambahan yang berkaitan dengan sikap penutur. Dan begitu pula dengan kata
yang bermakna denotative yaitu kata yang memiliki nilai rasa tertentu.
2. Kata
Umum dan Kata Khusus
Dalam membuat kalimat, kita harus memperhatikan kata
umum dan kata khusus. Untuk mengungkapkan hal yang generik (universal) dapat
digunakan kata umum. Sedangkan, untuk mengungkapkan hal-hal yang spesifik
(spesial) dapat digunakan kata khusus.
Dalam bahasa Indonesia, kata umum adalah kata yang
memiliki acuan yang lebih luas daripada kata khusus.
Kata
umum dan khusus tersebut dapat dilihat dari bentuk berikut :
Kata Umum Kata
Khusus
·
Ikan Gurame,
lele, sepat, tuna, nila, koki mas
·
Bunga Mawar, ros,
melati, dahlia, anggrek
·
Hewan
mamalia Sapi, kerbau, kuda, keledai, kambing
·
Burung
Merpati, beo, balam, perkutut,
ketitiran
3. Kata-kata
Bersinonim
Kata-kata bersinonim adalah kata-kata (bentuknya
memang berbeda) yang pada dasarnya mempunyai makna yang hamper sama atau mirip.
Oleh karena itu, telah diakui oleh para pakar bahasa, bahwa kesinoniman
kata-kata itu tidaklah bersifat mutlak.
Kata-kata bersinonim perlu dipahami, dipilih dan
digunakan secara tepat dalam kalimat ragam formal. Sebab, walaupun bersinonim,
pada dasarnya kata-kata itu berbeda konteks penggunaannya. Dalam ilmu semantik
pun, dijelaskan bahwa kata-kata yang bersinonim itu tetap memiliki perbedaan
makna. Artinya, tidak ada kata-kata yang bersinonim secara mutlak. Kata-kata
yang berbeda bentuknya diyakini berbeda pula maknanya.
Dalam bahasa Indonesia, kata-kata yang bersinonim
dapat dilihat dari contoh berikut :
·
Cerdas
= Cerdik, hebat, pintar
·
Besar = Agung, raya
·
Mati = Mangkat, wafat, meninggal
·
Ilmu = Pengetahuan
·
Penelitian = Penyelidikan
Oleh karena itu, dalam bahasa Indonesia juga
terdapat pasangan kata yang bersinonim, kita harus mempertimbangkan secara
tepat penggunaan salah satu dari pasangan kata bersinonim itu dalam penyusunan
kalimat ragam formal. Pada dasarnya, pembicaraan kata-kata bersinonim juga
berkaitan dengan pembicaraan kata bermakna denotatif dan kata bermakna
konotatif.
4. Kata
Baku dan Nonbaku
Bahasa Indonesia memiliki banyak ragam. Berdasarkan
situasi pemakaiannya, ragam bahasa Indonesia dibedakan menjadi ragam formal dan
ragam tidak formal (percakapan). Dalam
bahasa Indonesia ragam formal digunakan kata baku, sedangkan dalam bahasa
Indonesia ragam tidak formal, boleh saja digunakan kata nonbaku. Kata baku
dan kata nonbaku dapat dilihat
berdasarkan beberapa ranah seperti ranah fonologis, ranah morfologis dan ranah
leksikon.
1.
Kata
baku dan kata nonbaku dilihat berdasarkan ranah fonologis
Yaitu sebuah kata baku kadang-kadang memilki kata
nonbaku karena penambahan fonem, pengurangan fonem atau pengubahan fonem.
Ketiga
hal tersebut dapat dilihat dari contoh berikut :
Ø
Pasangan
kata baku dan nonbaku karena penambahan fonem
Kata Baku Kata
Nonbaku
·
Imbau Himbau
·
Andal Handal
·
Utang Hutang
·
Rapi Rapih
·
Ubah Rubah
Ø
Pasangan
kata baku dan nonbaku karena pengurangan fonem
Kata Baku Kata
Nonbaku
·
Terap Trap
·
Terampil Trampil
·
Tetapi Tapi
·
Tidak Tak
Ø
Pasangan
kata baku dan nonbaku karena pengubahan fonem
Kata Baku Kata
Nonbaku
·
Telur Telor
·
Ubah Obah
·
Tampak Nampak
·
Lubang Lobang
·
Roboh Rubuh
2.
Kata
baku dan nonbaku dilihat berdasarkan ranah morfologis
Yaitu sebuah kata baku kadang-kadang memiliki kata
nonbaku karena pada hasil proses morfologis terjadi pengurangan fonem atau
pengubahan fonem,terjadi penggantian afiks, dan terjadi kelebihan fonem.
Kedua
hal tersebut dapat dilihat berdasarkan contoh berikut :
Ø
Pasangan
kata baku dan nonbaku karena terjadi pengurangan fonem
Kata Baku Kata
Nonbaku
·
Memfokuskan Memokuskan
·
Memprotes Memrotes
·
Memfotokopi Memotokopi
·
Memproduksi Memrokduksi
·
Memproses Memroses
Ø
Pasangan
kata baku dan nonbaku karena terjadi pengubahan fonem
Kata Baku Kata
Nonbaku
·
Mengubah Merubah
Ø
Pasangan
kata baku dan nonbaku karena terjadi penggantian afiks
Kata Baku Kata
Nonbaku
·
Menangkap Nangkap
·
Menatap Natap
·
Menari Nari
Ø
Pasangan
kata baku dan nonbaku karena kelebihan fonem
Kata Baku Kata
Nonbaku
·
Beracun Berracun
·
Beragam Berragam
·
Becermin Bercermin
·
Beternak Berternak
·
Bekerja Berkerja
3.
Kata
baku dan kata nonbaku dapat dilihat berdasarkan ranah leksikon
Yaitu sebuah kata baku kadang-kadang memiliki kata
nonbaku terdapat dalam ragam percakapan.
Ø
Dalam
kalimat ragam formal, jangan menggunakan kata (frasa) ragam percakapan
(nonbaku). Pasangan kata baku dan kata ragam percakapan itu antara lain :
Frasa Baku Frasa
Nonbaku
·
Tidak
terlalu Tidak Begitu
·
Belum
masak Belum matang
·
Tidak
mau Enggak
mau
·
Memang
cantik Emang
cantik
·
Hanya
nasi Nasi
tok
·
Nakal
sekali Nakal tak
ketulungan
Ø
Dalam
kalimat ragam formal jangan menggunakan frasa ragam percakapan karena salah
susunannya. Pasangan kata baku dan kata ragam percakapan itu antara lain :
Frasa Baku Frasa
Nonbaku
·
Waktu
lain Lain
waktu
·
Daerah
lain Lain
daerah
·
Pertama
kali Kali pertama
·
Sore
nanti Nanti
sore
·
Sudah
selesai Selesai sudah
Ø
Dalam
kalimat ragam formal, kita mungkin akan membuat kata-kata yang maknanya
redundan. Artinya, kata-kata yang digunakan sudah berlebihan maknanya. Pasangan
frasa baku dan frasa yang bermakna redundan (nonbaku) adalah sebagai berikut :
Frasa Baku Frasa Nonbaku
·
Sangat
pedih Amat sangat
pedih, amat pedih
·
Berpandang-pandangan Saling berpandang-pandangan
·
Sangat
malas Sangat
malas sekali
·
Sangat
banyak Sangat
banyak sekali
·
Saling
tolak Saling
tolak menolak
Ø
Dalam
bahasa Indonesia, karena adanya penyerapan bahasa asing atau bahasa daerah
(sanskerta) terdapat kata baku dan kata nonbaku. Dalam kalimat ragam formal,
kita harus memilih dan menggunakan kata serapan yang sudah dibakukan. Pasangan
kata baku dan nonbaku itu adalah sebagai berikut :
Kata Baku Kata
Nonbaku
·
Apotek Apotik
·
Arkeologi Arkheologi
·
Aktivitas Aktifitas
·
Insaf Insyaf
·
Intensif Intensip
5. Penggunaan
Kata secara Tepat
Dalam kalimat ragam formal, kita perlu menggunakan
kata-kata secara tepat. Misalnya, kekeliruan penggunaan kata yang sering
terjadi adalah dalam hal penggunaan kata depan (preposisi) seperti : di yang seharusnya digunakan pada, atau ke yang seharusnya digunakan kepada.
Ø
Kekeliruan
penggunaan kata depan (preposisi) di yang
seharusnya digunakan pada dapat
dilihat seperti berikut :
Penggunaan yang Tidak Tepat Penggunaan yang Tepat
·
Di
saya Pada
saya
·
Di
kami Pada
kami
·
Di
mereka Pada
mereka
·
Di
malam hari Pada
malam hari
·
Di
saat ini Pada
saat ini
Ø
Kekeliruan
penggunaan kata depan (preposisi) ke yang
seharusnya digunakan kepada dapat
dilihat contoh berikut :
Penggunaan yang Tidak Tepat Penggunaan yang Tepat
·
Ke
saya Kepada
saya
·
Ke
kami Kepada
kami
·
Ke
kita Kepada kita
·
Ke
paman Kepada
paman
·
Ke
ayah Kepada
ayah
Alwi (1998:331)
mengemukakan penggunaan kata depan atau kata penghubung sesuai fungsinya,
sebagai berikut :
1.
Untuk
keterangan tempat digunakan kata di, ke,
dari, didalam, pada
2.
Untuk
keterangan waktu digunakan kata pada,
dalam, setelah, sebelum, sesudah, selama, sepanjang
3.
Untuk
keterangan alat digunakan kata dengan
4.
Untuk
keterangan tujuan digunakan kata agar,
supaya, untuk, bagi, demi
5.
Untuk
keterangan cara digunakan kata dengan,
secara, dengan cara, dengan jalan
6.
Untuk
keterangan penyerta digunakan kata dengan,
bersama, beserta
7.
Untuk
keterangan perbandingan /kemiripan digunakan kata seperti,bagaikan, laksana
8.
Untuk
keterangan sebab digunakan kata karena,
sebab
6. Penulisan
Kata secara Benar
Dalam kalimat-kalimat ragam formal, kita perlu
menulis kata secara benar. Misalnya, kesalahan penulisan kata yang sering
terjadi adalah dalam hal penulisan kata depan (preposisi) seperti di, ke, dari yang seharusnya ditulis
terpisah dari kata yang diikutinya.
Ø
Penulisan
kata depan (preposisi) di yang benar
(ditulis terpisah) dan penulisan kata depan (preposisi) di yang salah (ditulis serangkai) dapat dilihat seperti berikut :
Penulisan yang Benar Penulisan
yang Salah
·
Di
atas Diatas
·
Di
jalan Dijalan
·
Di
samping Disamping
·
Di
bagian depan Dibagian
depan
·
Di
pasar Dipasar
Ø
Selain
kesalahan penulisan kata depan (preposisi), sering terjadi kesalahan penulisan
partikel non seperti pada contoh
berikut :
Penulisan yang Benar Penulisan
yang Salah
·
Non-Indonesia Non
Indonesia
·
Non-India Non
India
·
Non-Minangkabau Non
Minangkabau
·
Nonkolaborasi Non
Kolaborasi
·
Nonkependidikan Non
Kependidikan
Ø
Dalam
bahasa Indonesia, partikel per memiliki
arti ‘mulai, demi, tiap’. Penulisan partikel per ini ditulis terpisah dengan kata yang mengikutinya. Kesalahan
partikel per dapat dilihat pada
contoh berikut :
Penulisan yang Benar Penulisan
yang Salah
·
Per
jam Perjam
·
Per
minggu Perminggu
·
Per
tahun Per tahun
·
Per
satu Januari Persatu Januari
Ø
Selain
itu juga terdapat awalan per yang
memiliki arti ‘menjadikan…’, menjadikan lebih..’ atau memperlakukannya
sebagai..’. penulisan awalan per ini
ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya. Dan kesalahan penulisan awalan
per dapat dilihat sebagai berikut :
Penulisan yang Benar Penulisan
yang Salah
·
Perbesar Per
besar
·
Persatu Per
satu
·
Persingkat Per
singkat
·
Pertuan Per
tuan
·
Perpanjang Per
panjang
Ø
Dalam
bahasa Indonesia, kata pun yang memilki arti ‘juga’ harus ditulis
secara terpisah dengan kata yang diikutinya. Kesalahan penulisan kata pun seperti contoh berikut :
Penulisan yang Benar Penulisan
yang Salah
·
Aku
pun Akupun
·
Kami
pun Kamipun
·
Dia
pun Diapun
·
Sedikit
pun Sedikitpun
·
Makan
pun Makanpun
Ø
Selain
itu, kata pun pada kata tertentu
yaitu ungkapan yang sudah padu harus dituliskan serangkai dengan kata yang
diikutinya. Kesalahan penulisan kata pun dapat
dilihat pada contoh dibawah ini :
Penulisan yang Benar Penulisan
yang Salah
·
Walaupun Walau
pun
·
Sungguhpun Sungguh pun
·
Meskipun Meski
pun
·
Kendatipun Kendati pun
·
Ataupun Atau
pun
b. Penggunaan
Struktur Kalimat Bahasa Indonesia
Karangan ilmiah
mengandung satuan-satuan tata bahasa yang bersifat hirarkis, yaitu
satuan-satuan yang secara bertingkat membentuk satu sistem. Dalam sistem tersebut satuan
yang lebih kecil yang merupakan bagian dari satuan yang lebih besar.
Satuan-satuan itu adalah morfem (satuan terkecil), kata, frase, klausa,
kalimat, paragraf dan karangan atau wacana (satuan terbesar).
Pembentukan
masing-masing satuan dan hubungan antara satuan dengan satuan lainnya dalam
pembentukan dalam pembentukan satuan yang lebih besar mengikuti kaidah-kaidah
tertentu. Kaidah-kaidah itu disebut kaidah-kaidah tata bahasa.
1.
Struktur
Kalimat
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil,
dalam wujud lisan atau tulisan, yang mengugkapkan pikiran yang utuh (Alwi, dkk,
1998:311). Dalam wujud lisan (pengucapan), kalimat diucapkan dengan suara naik
turun dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir yang
diikiti oleh kesenyapan. Dalam wujud tulisan, kalimat dimulai dengan huruf
kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.), atau tanda tanya (?), atau tanda
seru (!)
Untuk memeriksa apakah suatu kalimat
yang ditulis sudah memenuhi kaidah tata bahasa, maka seorang penulis perlu
memahami dan mengenal fungsi unsur kalimat, antara lain sebagai berikut :
1.
Ciri-ciri subjek
Subjek
merupakan fungsi sintaksis terpenting dalam sebuah kalimat, selain sebagai
unsur predikat. Ciri-ciri subjek, antara lain :
a.
Pada umumnya subjek berupa nomina ataua frase nomina atau
kelas kata lain yang dapat menduduki fungsi objek
b.
Merupakan jawaban atas pertanyaan apa atau siapa
c.
Dapat diperluas dengan kata itu, ini
d.
Dapat diperluas dengan frase atau klausa dengan kata
penghubung yang
2.
Ciri-ciri predikat
Predikat
merupakan unsur pokok yang disertai unsur subjek, dan jika ada disertai unsur
objek, pelengkap atau keterangan wajib disebelah kanan. Ciri-ciri predikat anta
lain:
a.
Predikat berupa verba atau frase verbal, adjektiva atau
frase akjetival, nomina atau frase nominal, numeral atau frase numeralia
b.
Merupakan jawaban pertanyaan atas mengapa atau bagaimana
c.
Dapat disertai kata pengingkar tidak dan bukan
d.
Dapat disertai kata-kata seperti sudah, belum, akan, sedang, ingin, hendak, mau
3.
Ciri-ciri Objek
Objek adalah
unsur kalimat yang kehadirannya dituntut oleh predikat yang berupa verba
transitif pada kalimat aktif. Dengan kata lain, objek hanya terdapat pada
kalimat aktif transitif. Ciri-ciri objek adalah :
a.
Terletak pada kalimat transitif
b.
Terletak langsung dibelakang predikat
c.
Dapat menjadi subjek dalam kalimat pasif
d.
Tidak didahului oleh preposisi
e.
Dapat diganti dengan pronomina-nya
f.
Berwujud frasa nomina atau klausa
4.
Ciri-ciri pelengkap
Pelengkap
berbeda dengan objek. Pelengkap dalam bahasa Indonesia memiliki ciri-ciri
sebagai berikut :
a.
Berwujud nomina atau frasa nominal verba atau frasa verba,
adjektiva atau frase adjektiva atau klausa
b.
Berada langsung dibelakang predikat jika tidak ada objek,
dan berada dibelakang objek jika unsur objek hadir
c.
Tidak dapat menjadi subjek akibat pemasifan kalimat
d.
Terdapat dalam kalimat yang berpredikat verba
e.
Tidak dapat diganti dengan –nya kecuali dalam kombinasi
preposisi selain di, ke, dari dan akan
5.
Ciri-ciri keterangan
Keterangan
merupakan unsur yang memberikan informasi lebih lanjut tentang sesuatu yang
dinyatakan dalam kalimat. Adapun ciri-cirinya sebagai berikut :
a.
Memberikan informasi tentang tempat, waktu, cara, alat, sebab, akibat
b.
Memiliki keleluasan posisi (penempatan) dalam kalimat
c.
Didahului oleh kata depan seperti di, dari, pada, selama, dengan, sebab
d.
Biasanya berupa frase preposisional
e.
Pada umumnya, kehadiran keterangan dalam kalimat bersifat
mana suka
2.
Pola Kalimat
Dasar
Kalimat dasar
adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa, unsur-unsurnya lengkap, susunan
unsur-unsurnya menurut aturan yang paling umum, dan tidak mengandung pertanyaan
atau pengingkaran. Kalimat dasar merupakan kalimat yang belum mengalami
perubahan seperti penambahan keterangan kalimat atau keterangan subjek,
keterangan predikat dan keterangan objek.
Ada 6 tipe
kalimat dasar dalam bahasa Indonesia, antara lain :
a.
Kalimat dasar berpola S-P
b.
Kalimat berpola S-P-O
c.
Kalimat dasar berpola S-P-Pel
d.
Kalimat dasar berpola S-P-Ket
e.
Kalimat dasar berpola S-P-O-Pel
f.
Kalimat dasar berpola S-P-O-Ket
3.
Kalimat
Tunggal
Kalimat
tunggal adalah kalimat yang hanya terdiri dari satu pola dasar kalimat.
Artinya, dalam kalimat tunggal tentu saja terdapat semua unsur wajib yang diperlukan.
Namun demikan, dalam kalimat tunggal bisa diperluas dengan unsur tambahan
(tidak wajib) seperti keterangan tempat, waktu dan alat.
Ada beberapa
kalimat tunggal, diantaranya :
a.
Kalimat taktransistif
b.
Kalimat ekstransitif
c.
Kalimat dwitransitif
d.
Kalimat pasif
e.
Kalimat berpedikat adjektif
f.
Kalimat berpedikat nominal
g.
Kalimat berpedikat numeral
h.
Kalimat berpedikat frasa preposisional
4.
Kalimat
Majemuk
Kalimat
majemuk adalahkalimat yang memilki dua klausa (pola kalimat) atau lebih yang
saling berhubungan. Berdasarkan sifat hubungan dua klausa atau lebih, kalimat
majemuk dibedakan menjadi :
a.
Kalimat majemuk Setara
Kalimat
majemuk setara adalah kalimat majemuk yang memiliki dua atau lebih yang
masing-masingnya mempunyai kedudukan yang setara dalam struktur kontituen
kalimat. Hubungan antara klausa satu dengan klausa yang lain tidaklah membentuk
hubungan hirarkis.
b.
Kalimat majemuk bertingkat
Kalimat
majemuk bertingkat adalah kalimat majemuk yang memilki dua klausa atau lebih
yang salah satu klausanya menjadi bagian dari klausa yang lain. Masing-masing
klausa itu mempunyai kedudukan yang tidak setara dalam struktur konstituen
kalimat. Hubungan antara klausa yang satu dengan klausa yang lain membentuk
hubungan hirarkis. Dalam kalimat majemuk bertingkat, antara klausa yang satu
dengan klausa yang lain sering dihubungkan oleh konjungtor bahwa.
BAB III
KESIMPULAN
1.
Kesimpulan
a.
Penerapan diksi (pilihan kata) dalam kalimat ragam formal
§
Kata-kata denotatif dan konotatif
§
Kata umu dan kata khusus
§
Kata-kata bersinonim
§
Kata baku dan non baku
§
Penggunaan kata secara tepat
§
Penulisan kata secara benar
b.
Penggunaan struktur kalimat bahasa Indonesia
§
Struktur kalimat
§
Pola kalimat dasar
§
Kalimat tunggal
§
Kalimat majemuk
2.
Saran
Ketika
seseorang ingin menulis, apalagi karangan ilimiah, hal yang paling utama
diperhatikan adalah DIKSI. Karena, diksi akan mempengaruhi tujuan, maksud dan
arti dari apa yang ingin disampaikan kepada pembaca. Bukan itu saja, kata
hubung juga akan mempengaruhi makna kata yang ditulis. Terlalu banyaknya
menggunakan kata hubung, akan menimbulkan banyak keraguan dalam memaknai
kalaimat.

DAFTAR PUSTAKA
1.
Ermanto dan Emidar.
2009. Bahasa Indonesia : Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi. Padang :
UNP Press
2.
Arifin, E. Zainal.
1991. Penulisan Karangan Ilmiah Dengan
Bahasa Indonesia Yang Benar. Jakarta : Mediyatama Sarana Perkasa
3.
http://www.
-pilihan-kata-yang-baik-dan-benar/diksi.html.49xyTj89.com
kalau ada kritik dan saran, silahkan sampaikan dikolom komentar..
Terimakasih :)
Salam SNF Jaya
Silahkan Follow Juga IG Saya : novierista93
Komentar
Posting Komentar