Konformitas (Conformity)
Konformitas (Conformity)
A. Pengertian
konformitas
Ada beberapa pengertian konformitas menurut
para ahli, yaitu:
Konformitas menurut Brehm dan Kassin adalah
kecenderungan untuk mengubah persepsi, pendapat, perilaku seseorang sehingga
konsisten dalam perilaku atau norma kelompok
Menurut Stanley Milgram (1975) konformitas
adalah perilaku yang mengikuti suatu kelompok yang didorong oleh keinginan
individu itu sendiri, dimana kelompok tersebut tidak memiliki suatu hak yang
spesial untuk mengarahkan tingkah laku individu tersebut.Menurut Soerjono
Soekanto konformitas berarti penyesuaian diri dengan masyarakat dengan
cara mengindahkan norma dan nilai masyarakat. Jon M Shepard mendefinisikan
Conformity sebagai “the type of social interaction in which an individual behaves
toward others in ways expected by the group”. Jadi konformitas adalah seseorang
berperilaku terhadap orang lain sesuai dengan harapan merupakan bentuk
interaksi yang di dalamnya kelompok
M. Sherif, konformitas berarti
keselarasan,kesesuaian perilaku individu-individu anggota masyarakat dengan
harapan-harapan masyarakatnya, sejalan dengan kecenderungan manusia dalam
kehidupan berkelompok membentuk norma sosial.
B. Tujuan konformitas
1. Untuk mengubah persepsi, pendapat, perilaku seseorang
sehingga konsisten dalam perilaku atau norma kelompok
2. Agar seseorang berperilaku terhadap
orang lain sesuai dengan harapan kelompoknya .
3. Untuk mendapat hadiah atau menghindari hukuman.
4. Seseorang akan merasa lebih diterima
oleh kelompok jika bertingkah laku dan bersikap sesuai dengan lingkungan
sekitar.
C. Manfaat konformitas
1. Sesuatu yang diharapkan dan diinginkan akan didapat dengan
adanya konformitas
2. Seseorang dapat berprilaku sesuai dengan yang diharapkan
kelompoknya
3. dapat terubahnya persepsi, pendapat, perilaku seseorang
sehingga konsisten dengan norma kelompok
D. Ciri-ciri konformitas
Konformitas sebuah kelompok
acuan dapat mudah terlihat dengan adanya
ciri-ciri yang khas. Sears (1991:81-86) mengemukakan secara eksplisit bahwa
konformitas remaja ditandai dengan hal sebagai berikut:
ciri-ciri yang khas. Sears (1991:81-86) mengemukakan secara eksplisit bahwa
konformitas remaja ditandai dengan hal sebagai berikut:
1. Kekompakan
Kekuatan yang dimiliki kelompok acuan menyebabkan seseorang tertarik dan ingin tetap menjadi anggota kelompok. Eratnya hubungan seseorang dengan kelompok acuan disebabkan perasaan suka antara anggota kelompok serta harapan memperoleh manfaat dari keanggotaannya. Semakin besar rasa suka anggota yang satu terhadap anggota yang lain, dan semakin besar harapan untuk memperoleh manfaat dari keanggotaan kelompok serta semakin besar kesetiaan mereka, maka akan semakin kompak kelompok tersebut.
Kekuatan yang dimiliki kelompok acuan menyebabkan seseorang tertarik dan ingin tetap menjadi anggota kelompok. Eratnya hubungan seseorang dengan kelompok acuan disebabkan perasaan suka antara anggota kelompok serta harapan memperoleh manfaat dari keanggotaannya. Semakin besar rasa suka anggota yang satu terhadap anggota yang lain, dan semakin besar harapan untuk memperoleh manfaat dari keanggotaan kelompok serta semakin besar kesetiaan mereka, maka akan semakin kompak kelompok tersebut.
2. Kesepakatan
Pendapat kelompok acuan
yang sudah dibuat memiliki tekanan kuat sehingga seseorang harus loyal dan
menyesuaikan pendapatnya dengan pendapat kelompok.
3. Kepercayaan
Penurunan melakukan konformitas yang drastis karena hancurnya
kesepakatan disebabkan oleh faktor kepercayaan. Tingkat kepercayaan
terhadap mayoritas akan menurun bila terjadi perbedaan pendapat,
meskipun orang yang berbeda pendapat itu sebenarnya kurang ahli bila
dibandingkan anggota lain yang membentuk mayoritas. Bila seseorang
sudah tidak mempunyai kepercayaan terhadap pendapat kelompok, maka hal ini dapat mengurangi ketergantungan individu terhadap kelompok sebagai sebuah kesepakatan.
Penurunan melakukan konformitas yang drastis karena hancurnya
kesepakatan disebabkan oleh faktor kepercayaan. Tingkat kepercayaan
terhadap mayoritas akan menurun bila terjadi perbedaan pendapat,
meskipun orang yang berbeda pendapat itu sebenarnya kurang ahli bila
dibandingkan anggota lain yang membentuk mayoritas. Bila seseorang
sudah tidak mempunyai kepercayaan terhadap pendapat kelompok, maka hal ini dapat mengurangi ketergantungan individu terhadap kelompok sebagai sebuah kesepakatan.
4. Persamaan Pendapat
Bila dalam suatu
kelompok terdapat satu orang saja tidak sependapat dengan anggota kelompok yang
lain maka konformitas akan turun. Kehadiran orang yang tidak sependapat
tersebut menunjukkan terjadinya perbedaan yang dapat berakibat pada
berkurangnya kesepakatan kelompok. Jadi dengan persamaan
pendapat antar anggota kelompok maka konformitas akan semakin tinggi
5. Ketaatan
Tekanan atau tuntutan kelompok acuan pada seseorang membuatnya rela melakukan tindakan walaupun remaja tidak menginginkannya. Bila ketaatannya tinggi maka konformitasnya akan tinggi juga. Tekanan karena ganjaran, ancaman, atau hukuman adalah salah satu cara untuk menimbulkan ketaatan. Dengan meningkatkan tekanan terhadap individu untuk menampilkan perilaku yang diinginkan melalui ganjaran, ancaman, atau hukuman karena akan menimbulkan ketaatan yang semakin besar.
Tekanan atau tuntutan kelompok acuan pada seseorang membuatnya rela melakukan tindakan walaupun remaja tidak menginginkannya. Bila ketaatannya tinggi maka konformitasnya akan tinggi juga. Tekanan karena ganjaran, ancaman, atau hukuman adalah salah satu cara untuk menimbulkan ketaatan. Dengan meningkatkan tekanan terhadap individu untuk menampilkan perilaku yang diinginkan melalui ganjaran, ancaman, atau hukuman karena akan menimbulkan ketaatan yang semakin besar.
E. Jenis konformitas
Bentuk konformitas
seseorang terhadap orang yang mempengaruhinya berbeda-beda bergantung pada
siapa dan bagaimana proses pengaruh sosial itu dilakukan. Ada beberapa tipe konformitas, yaitu:
1. Tipe konformitas membabi Buta. Jika
konformitas itu diwarnai sikap masa bodoh dalam arti meniru atau mengikuti
apa yang menjadi kemauan orang lain tanpa pemahaman ataupun penghayatan, tanpa
pertimbangan, pemikiran dan/atau perasaan.
2. Tipe konformitas identifikasi. Jika
konformitas diwarnai dengan kharisma dari orang yang mempengaruhi sehingga
seseorang yang dipengaruhi percaya, mengakui, menerima, tanpa rasa takut akan
sanksi atas sikap non-konformitasnya, dan juga tanpa harapan akan imbalan atas
sikap konformitasnya
3. Tipe konformitas internalisasi. Jika
konformitas diwarnai sikap kebebasan untuk menentukan konformitas atau
non-konformitas dengan didasarkan pertimbangan rasio, perasaan , pengalaman,
hati nurani, dan semangat untuk menentukan pilihan-pilihan dalam bersikap dan
bertingkah laku
Jenis
konformitas yang lain adalah:
1. Compliance yaitu konformitas yang benar-benar bertentangan
dengan keinginan kita, dilakukan untuk mendapat hadiah atau menghindari hukuman
2. Acceptance, yaitu ada beberapa hal yang dapat kita jadikan
alasan untuk melakukan konformitas tersebut, tidak sepenuhnya kita
ingkari
F. Sebab terjadi konformitas
Menurut penelitian Rahayu Sumarlin tahun 2009,
bahwa faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya konformitas adalah:
1. Memiliki ikatan yang kuat terhadap kelompoknya
2. Merasa bahwa kelompoknya merupakan hal yang penting dalam
hidupnya dan sangat besar pengaruhnya
3. Ukuran kelompok karena besarnya jumlah anggota kelompok
yang sangat berpengaruh dan cenderung untuk lebih memilih anggota kelompok
dengan jumlah yang banyak
4. Suara bulat karena lebih memilih keputusan bersama dari
pada memperhatikan pendapat sendiri
5. Status karena tingginya status seseorang yang ada
dikelompok dianggap bisa dijadikan contoh karena ada sesuatu hal yang lebih
dari orang tersebut
6. Tanggapan umum seperti lebih percaya fakta dari pada kabar
yang baru didengar
7. Komitmen umum seperti tidak mempunyai komitmen terhadap
siapapun
8. Pengaruh informasi karena subjek bisa memperoleh informasi
dari kelompoknya tersebut
9. Kepercayaan terhadap kelompok karena subjek sudah mengenal
lama kelompoknya sehingga subjek percaya terhadap pendapat kelompoknya
10. Kepercayaan yang lemah terhadap penilaian diri sendiri
karena merasa tidak percaya diri dan tidak yakin kepada diri sendiri sehingga
membuat subjek menjadi bergantung kepada teman-temannya
11. Rasa takut terhadap celaan sosial dan penyimpangan
seperti mau melakukan apa saja untuk kelompok agar tidak disisihkan dan di cela
Hal-hal yang mempengaruhi adanya Konformitas menurut
David O. Sears, Jonathan L.Freedman, L.Anne Peplau , 1985 adalah:
1. Kurangnya Informasi. Orang lain
merupakan sumber informasi yang penting. Seringkali mereka mengetahui sesuatu
yang tidak kita ketahui; dengan melakukan apa yang mereka lakukan, kita akan
memeperoleh manfaat dari pengetahuan mereka.
2. Kepercayaan terhadap kelompok. Dalam situasi konformitas,
individu mempunyai suatu pandangan dan kemudian menyadari bahwa kelompoknya
menganut pandangan yang bertentangan. Individu ingin memberikan informasi yang
tepat. Oleh karena itu, semakin besar kepercayaan individu terhadap kelompok
sebagai sumber informasi yang benar, semakin besar pula kemungkinan untuk
menyesuaikan diri terhadap kelompok
3. Kepercayaan diri yang lemah. Salah satu faktor yang sangat
mempengaruhi rasa percaya diri dan tingkat konformitas adalah tingkat keyakinan
orang tersebut pada kemampuannya sendiri untuk menampilkan suatu reaksi.
Semakin lemah kepercayaan seseorang akan penilaiannya sendiri, semakin tinggi
tingkat konformitasnya. Sebaliknya, jika dia merasa yakin akan kemampuannya
sendiri akan penilaian terhadap sesuatu hal, semakin turun tingkat
konformitasnya
4. Rasa
takut terhadap celaan sosial. Celaan sosial memberikan efek yang signifikan
terhadap sikap individu karena pada dasarnya setiap manusia cenderung
mengusahakan pesetujuan dan menghindari celaan kelompok dalam setiap
tindakannya. Tetapi, sejumlah faktor akan menentukan
bagaimana pengaruh persetujuan dan celaan ibi terhadap tingkat konformitas
individu.
5. Kekompakan kelompok. Konformitas juga dipengaruhi oleh
eratnya hubungan antara individu dengan kelompoknya. Kekompakan yang tinggi
menimbulkan konformitas yang semakin tinggi.
6. Kesepakatan kelompok.
Orang yang dihadapkan pada keputusan kelompok yang sudah bulat akan mendapat
tekanan yang kuat untuk menyesuaikan pendapatnya. Namun,
bila kelompok tidak bersatu akan tampak adanya penurunan tingkat konformitas.
7. Ukuran kelompok. Konformitas akan meningkat
bila ukuran mayoritas yang sependapat juga meningkat, setidak-tidaknya sampai
tingkat tertentu. Namun, berdasarkan penelitian yang dilakukan
oleh Wilder (1977) disimpulkan bahwa pengaruh ukuran kelompok terhadap tingkat
konformitas tidak terlalu besar, melainkan jumlah pendapat lepas (independent
opinion) dari kelompok yang berbeda atau dari individu merupakan pengaruh utama
8. Keterikatan pada penilaian bebas. Orang yang secara
terbuka dan bersungguh-sungguh terikat suatu penilaian bebas akan lebih enggan
menyesuaikan diri terhadap penilaian kelompok yang berlainan. Atau dengan kata
lain keterikatan sebagai kekuatan total yang membuat seseorang mengalami
kesulitan untuk melepaskan suatu pendapat.
9. Keterikatan terhadap Non-Konformitas. Orang yang, karena
satu dan lain hal, tidak smenyesuaikan diri pada percobaan-percobaan awal
cenderung terikat pada perilaku konformitas ini. Orang yang sejak awal
menyesuaikan diri akan tetap terikat pada perilaku itu
G. Akibat konformitas
1. Perilaku yang berbeda dari aturan kelompok dianggap suatu
pelanggaran walaupun seseorang berprilaku benar
2. Ada suatu “tekanan” yang tidak kelihatan dari
lingkungan sekitar yang memaksa seseorang agar bertingkah laku sesuai
dengan apa yang diharapkan kelompok .
3. Karakter dan ciri diri sendiri menjadi hilang ditelan
ganasnya gelombang konformitas itu
H. Cara terjadinya konformitas
1. Menurut ( Ross, Bierbauer & Stoffman, 1976 ) pada
teori Social Comparison Theory, seseorang akan konform dengan
kelompoknya karena ia menilai bahwa kelompok tersebut benar, dan dia merasa
takut kalau ditolak.
2. Kemungkinan lain terjadinya konformitas adalah karena
adanya konflik. Apabila ada perbedaan pendapat antara seseorang dengan
kelompoknya maka akan timbul perasaan tidak enak. Dalam kondisi demikian, jelas
yang paling aman adalah konformitas
I. Kasus
Kasus I
Bagi para remaja yang sedang mencari identitas,
salah satu cara untuk melakukan identifikasi adalah melalui dengan kelompok
teman sebaya, yang memiliki kesamaan. Remaja cenderung mengikuti nilai-nilai
yang ada dalam kelompok tersebut, kecenderungan tersebut dikenal dengan
konformitas. Salah satu bentuk ujud nyata dari konformitas yaitu intensi
membeli handphone terbaru. Dengan memiliki handphone dengan merk dan fasilitas
canggih yang sama dengan kelompok maka kehadiran remaja tersebut dalam kelompok
akan lebih diterima.
Baik remaja putra maupun
putri pasti melakukan konformitas dengan kelompok. Apalagi pada zaman ini
handphone sudah dapat dipakai oleh semua kalangan, termasuk remaja sebagai
salah satu konsumen yang terbesar. Dimana model handphone sekarang
sangat trendi dan juga ditunjang dengan fasilitas-fasilitas yang canggih. Hal
tersebut tentunya menjadi salah satu sorotan bagi remaja yang selalu mengikuti
mode-mode terbaru. Dengan memakai produk-produk terbaru maka remaja akan merasa
tidak ketinggalan zaman. Apalagi memiliki handphone yang sama dengan yang
kelompok pakai baik merk dan fasilitas canggih yang dimiliki handphone
tersebut, akan menjadi suatu kepuasan psikologis bagi remaja tersebut, dan
kehadirannya dalam kelompok tersebut diakui
Kasus II
Di
dunia blog juga seperti itu. Saya yakin banyak yang konform agar dapat diterima
oleh komunitas “maya” tempatnya bergabung. Banyak yang mengikuti dan menjadi “antek-antek”
dari seseorang yang dianggap sebagai “hero”
dan dipersepsikan sebagai suara yang mewakili kelompok. “Kelompok” dianggap
sebagai kekuatan yang mampu memaksakan sesuatu kepada seorang blogger, dan
akhirnya blogger itu mengadopsi cara-cara dan gaya dari beberapa “oknum” yang
dianggap sebagai tetua dan sesepuh di dunia blog. Hal ini bukanlah sesuatu yang
salah, tetapi menjadi kebablasan ketika akhirnya karakter dan ciri diri sendiri
menjadi hilang ditelan ganasnya gelombang konformitas itu
Komentar
Posting Komentar