PROSES PENYUSUNAN TES HASIL BELAJAR KEDALAM PENILAIAN HASIL BELAJAR
MAKALAH
EVALUASI HASIL
BELAJAR
TENTANG
PROSES
PENYUSUNAN TES HASIL BELAJAR
KEDALAM
PENILAIAN HASIL BELAJAR

DISUSUN OLEH :
BK/012/E
KELOMPOK VI
·
MAIZA SULASTRI (12060157)
·
NOVI ERISTA (12060164)
·
MIA TAMILA (12060168)
DI BIMBING OLEH :
Bpk. Drs. Eswendi., Hs., M.Pd
PROGRAM STUDI BIMBINGAN
DAN KONSELING
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN
DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) PGRI SUMATERA
BARAT
2013
KATA PENGANTAR
Syukur
alhamdulillah Penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Proses Penyusunan Tes Hasil
Belajar Kedalam Penilaian Hasil Belajar”.
Makalah ini penulis ajukan guna memenuhi tugas mata kuliah “Evaluasi Hasil Belajar (EHB)”
Penulis
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah
ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Tak ada
gading yang tak retak, begitu juga dalam pembuatan makalah ini.
Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaaan, baik materi maupun
teknik penulisannya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun, sehingga makalah ini bisa mencapai kesempurnaan sebagaimana
mestinya.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
yang membaca khususnya terhadap penulis. Atas kritik dan saran yang diberikan
penulis ucapkan terimakasih.
Padang, 01 April 2013
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar .................................................................................................... i
Daftar Isi ............................................................................................................. ii
Bab I Pendahuluan
1.
Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1
2.
Rumusan Masalah ................................................................................... 1
3.
Tujuan ..................................................................................................... 1
4.
Manfaat Penulisan .................................................................................. 1
Bab II Pembahasan
1.
Langkah-langkah
Dalam Menyusun Tes Hasil Belajar ........................... 2
2.
Penyusunan
Tes Hasil Belajar ................................................................. 2
a.
Tes Hasil
Belajar Bentuk Uraian ....................................................... 2
b.
Tes Hasil
Belajar Bentuk Objektif .................................................... 5
c.
Tes Hasil
Belajar Bentuk Perbuatan ................................................. 8
Bab III PENUTUP
1.
Kesimpulan ............................................................................................ 10
2.
Saran ...................................................................................................... 10
PERTANYAAN & TAMBAHAN
DAFTAR
PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Masalah
Setiap kegiatan belajar harus diketahui sejauhmana proses
belajar tersebut telah memberikan nilai tambah bagi kemampuan siswa. Salah satu
cara untuk melihat peningkatan kemampuan tersebut adalah dengan melakukan tes.
Secara singkat, makna tes sendiri telah di bahas panjang lebar pada pertemuan
terdahulu. Sekarang tiba saatnya bagi kita untuk mengetahui bagaimana cara
menyusun tes yang baik, atau apa saja langkah-langkah yang yang ditempuh untuk
mencapai tes yang benar-benar berfungsi dalam mengevaluasi siswa. Karena yang
perlu kita ketahui, dalam penyusunan tes tidak semudah membalikkan telapak
tangan, ada langkah tersendiri dalam menyusun tes yang baik.
2.
Rumusan Masalah
a.
Apakah langkah-langkah yang dilakukan dalam penyususnan
tes hasil belajar ?
b.
Bagaimanakah teknik penyusunan tes hasil belajar ?
c.
Apasajakah tes yang digunakan dalam penyusunan tes hasil
belajar ?
3.
Tujuan
a.
Agar mengetahui langkah dalam penyusunan tes hasil
belajar
b.
Agar mengetahui teknik penyusunan tes hasil belajar
c.
Agar mengetahui jenis tes yang digunakan dalam
pelaksanaan tes hasil belajar
4.
Manfaat Penulisan
Untuk mengetahui langkah-langkah apasaja yang digunakan dalam penyususnan
tes hasil belajar, teknik penyusunan tes hasil belajar dan tes yang digunakan
dalam melaksanakan tes hasil belajar
BAB II
PEMBAHASAN
Proses
Penyusunan Tes Hasil Belajar Kedalam Penilaian Hasil Belajar
1.
Langkah-Langkah Umum dalam Penyusunan Tes Hasil Belajar
Adapun beberapa Langkah-langkah dalam penyusunan tes hasil belajar adalah :
a.
Mendefinisikan tujuan pembelajaran dan lingkup bahan ajar yang
mestinya diungkap
b.
Menyusun kisi-kisi
c.
Membuat atau menulis soal sekaligus dengan kunci jawaban
d.
Mengadakan pemeriksaan terhadap butir soal secara rasional
e.
Mengorganisasikan tes menurut tipe-tipe soal yang
dibuat
f.
Membuat petunjuk pengerjaan soal
g.
Mengadakan uji coba (try
out)
h.
Merevisi soal
i.
Mengorganisasikan kembali soal dalam bentuk
final
j.
Memperbanyak soal
2. Penyusunan Tes Hasil Belajar
Untuk
mengukur perkembangan dan kemajuan belajar peserta didik, apabila ditinjau dari
segi bentuk soalnya dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
a.
Tes hasil belajar bentuk uraian
1.
Pengertian tes uraian
Tes
uraian (essay test) juga sering dikenal dengan istilah tes subyektif
(subjective test) adalah salah satu jenis tes hasil belajar yang memiliki
karakteristik sebagaimana dikemukakan berikut ini:
a.
Tes tersebut dalam bentuk pertanyaan dan perintah yang
menghendaki jawaban berupa uraian atau paparan kalimat yang pada umunnya cukup
panjang
b.
Bentuk-bentuk pertanyaan atau perintah itu menuntut kepada
testee untuk memberikan penjelasan, komentar, penafsiran, membandingkan,
membedakan dan sebagainya
c.
Jumlah butir soalnya umumnya terbatas, yaitu berkisar antara
lima sampai dengan sepuluh butir
d.
Pada umumnya butir-butir soal tes uraian itu diawali dengan
kata-kata: "jelaskan...", "Terangkan..." ,
"Uraikan...". "Mengapa...", "Bagaimana..." atau
kata-kata lain yang serupa dengan itu.
2.
Penggolongan tes uraian
Tes
uraian dapat dibedakan dua golongan, yaitu tes uraian bentuk bebas atau
terbuka, dan tes uraian berbentuk terbatas.
3.
Ketepatan penggunaan tes uraian
Tes
hasil belajar bentuk uraian sebagai salah satu alat pengukur hasil belajar,
tepat dipergunakan apabila pembuat soal (guru, dosen, panitia ujian dan
lain-lain) di samping ingin mengungkap daya ingat dan pemahaman testee terhadap
materi pelajaran yang ditanyakan dalam tes, juga dikehendaki untuk mengungkap
kemampuan testee dalam memahami berbagai macam konsep berikut aplikasinya.
4.
Keunggulan dan kelemahan tes uraian
·
Keunggulan yang dimiliki oleh tes uraian diantaranya adalah:
a.
Tes uraian adalah merupakan jenis tes hasil belajar yang
pembuatannya dapat dilakukan dengan mudah dan cepat.
b.
Dengan menggunakan tes uraian, dapat dicegah kemungkinan
timbulnya permainan spekulasi dikalangan testee.
c.
Melalui butir-butir soal tes uraian, penyusun soal akan
dapat mengetahui seberapa jauh tingkat kedalaman dan tingkat penguasaan testee
dalam memahami materi yang ditanyakan dalam tes tersebut.
d.
Dengan menggunakan tes uraian, testee akan terdorong dan
terbiasa untuk berani mengemukakan pendapat dengan menggunakan susunan kalimat
dan gaya bahasa yang merupakan hasil olahannya sendiri.
·
Kelemahan yang disandang oleh tes subyektif antara lain
adalah :
a.
Tes uraian pada umumnya kurang dapat menampung atau mencakup
dan mewakili isi dan luasnya materi atau bahan pelajaran yang telah diberikan
kepada testee, yang seharusnya diujikan dalam tes hasil belajar.
b.
Cara mengoreksi jawaban soal tes uraian cukup sulit.
c.
Dalam pemberian skor hasil tes uraian, terdapat
kecenderungan bahwa tester lebih banyak bersifat subyektif'.
d.
Pekerjaan koreksi terhadap lembar-lembar jawaban hasil tes
uraian sulit untuk diserahkan kepada orang lain.
e.
Daya ketepatan mengukur (validitas) dan daya keajegan
mengukur (reliabilitas) yang dimiliki oleh tes uraian pada umumnya rendah
sehingga kurang dapat diandalkan sebagai alat pengukur hasil belajar yang baik.
5.
Petunjuk operasional dalam penyusunan tes uraian
Beberapa
petunjuk operasional yang dapat dijadikan pedoman dalam menyusun butir-butir soal
tes uraian, antara lain:
a.
Dalam menyusun butir-butir soal tes uraian, sejauh mungkin
harus dapat diusahakan agar butir-butir soal tersebut dapat mencakup ide-ide
pokok dari materi pelajaran yang telah diajarkan, atau telah diperintahkan
kepada testee untuk mempelajarinya.
b.
Untuk menghindari timbulnya perbuatan curang oleh testee (misalnya:
menyontek atau bertanya kepada testee lainnya), hendaknya diusahakan agar
susunan kalimat soal dibuat berlainan dengan susunan kalimat yang terdapat
dalam buku pelajaran atau bahan lain yang dirninta untuk mempelajarinya.
c.
Sesaat setelah butir-butir soal tes uraian dibuat, hendaknya
segera disusun dan dirumuskan secara tegas, bagaimana atau seperti apakah
seharusnya jawaban yang dikehendaki oleh tester sebagai jawaban yang betul.
d.
Dalam menyusun butir-butir soal tes uraian hendaknya
diusahakan agar pertanyaan-pertanyaan atau perintah-perintahnya jangan dibuat
seragam, melainkan dibuat secara bervariasi.
e.
Kalimat soal hendaknya disusun secara ringkas, padat dan
jelas, sehingga cepat dipahami oleh testee dan tidak menimbulkan keraguan atau
kebingungan bagi testee dalam memberikan jawabannya.
f.
Suatu hal penting yang tidak boleh dilupakan oleh tester
ialah, agar dalam menyusun butir-butir soal tes uraian, sebelum sampai pada
butir-butir soal yang harus dijawab atau dikerjakan oleh testee, hendaknya
dikemukakan pedoman tentang cara mengerjakan atau menjawab butir-butir soal
tersebut.
b.
Tes hasil belajar bentuk obyektif
(objective test)
1.
Pengertian tes obyektif
Tes
obyektif (objective test) yang juga dikenal dengan istilah tes jawaban pendek
(short answer test), tes "ya-tidak" (yes-no test) dan tes model baru
(new type test) adalah salah satu jenis tes hasil belajar yang terdiri dari
butir-butir soal (items) yang dapat dijawab oleh testee dengan jalan memilih
salah satu (atau lebih) di antara beberapa kemungkinan jawaban yang telah
dipasangkan pada masing-masing items; atau dengan jalan menuliskan (mengisikan)
jawabannya berupa kata-kata atau simbol-simbol tertentu pada tempat atau ruang
yang telah disediakan untuk masing-rnasing butir item yang bersangkutan.
2.
Penggolongan tes obyektif
Tes
obyektif dapat dibedakan menjadi lima golongan, yaitu:
a.
Tes obyektif bentuk benar-salah (True-False Test)
b.
Tes obyektif bentuk menjodohkan (Matching Test)
c.
Tes obyektif bentuk melengkapi (Completion Test)
d.
Tes obyektif bentuk isian (Fill in Test)
e.
Tes obyektif bentuk pilihan ganda (Multiple Choice Item
Test)
3.
Ketepatan penggunaan tes obyektif
Tes
hasil belajar bentuk obyektif tepat digunakan apabila tester berhadapan dengan
kenyataan-kenyataan seperti tersebut di bawah ini:
a.
Peserta tes jumlahnya cukup banyak. Dengan jumlah testee
yang cukup banyak itu, maka penggunaan tes uraian menjadi kurang efektif dan
efisien, terutama ditinjau dari segi waktu yang dibutuhkan untuk mengoreksi
hasilnya.
b.
Penyusun tes (tester) telah memiliki kemampuan dan bekal
pengalaman yang luas dalam menyusun butir-butir soal tes obyektif.
c.
Penyusun tes memiliki waktu yang cukup longgar dalam
mempersiapkan penyusunan butir-butir soal tes obyektif.
d.
Penyusun tes merencanakan, bahwa butir-butir soal tes
obyektif itu tidak hanya akan dipergunakan dalam satu kail tes saja, melainkan
akan dipergunakan lagi pada kesempatan tes-tes hasil belajar yang akan datang.
e.
Penyusun tes mempunyai keyakinan penuh bahwa dengan
menggunakan butir-butir soal tes obyektif yang disusunnya itu, akan dapat
dilakukan penganalisisan dalam rangka mengetahui kualitas butir-butir itemnya.
f.
Penyusun tes berkeyakinan bahwa dengan mengeluarkan
butir-butir soal tes obyektif, maka prinsip obyektivitas akan lebih mungkin
untuk diwujudkan ketimbang menggunakan butir-butir soal tes subyektif.
4.
Keunggulan dan kelemahan tes obyektif
·
Keunggulan yang dimiliki oleh tes obyektif, antara lain:
a.
Tes obyektif sifatnya lebih representatif dalam hal mencakup
dan mewakili materi yang telah diajarkan kepada peserta didik atau telah
diperintahkan kepada peserta didik untuk mempelajarinya.
b.
Tes obyektif lebih memungkinkan bagi tester untuk bertindak
lebih obyektif, baik dalam mengoreksi lembar-lembar jawaban soal, menentukan
bobot skor maupun dalam menentukan nilai hasil tesnya.
c.
Mengoreksi hasil tes obyektif adalah jauh lebih mudah dan
lebih cepat ketimbang mengoreksi hasil tes uraian.
d.
Berbeda dengan tes uraian, maka tes obyektif memberikan
kemungkinan kepada orang lain untuk ditugasi atau dimintai bantuan guna mengoreksi
hasil tes tersebut.
e.
Butir-butir soal pada tes obyektif, jauh lebih mudah
dianalisis, baik analisis dari segi derajat kesukarannya, daya pembedanya, validitas
maupun reliabilitasnya.
·
Kelemahan tes obyektif antara lain:
a.
Menyusun butir-butir soal tes obyektif adalah tidak semudah
seperti halnya menyusun tes uraian. Bukan hanya karena jumlah butir-butir
soalnya cukup banyak, menyiapkan kemungkinan jawab yang harus dipasangkan pada
setiap butir item pada tes obyektif itu juga bukan merupakan pekerjaan yang ringan.
b.
Tes obyektif pada umumnya kurang dapat mengukur atau
mengungkap proses berpikir yang tinggi atau mendalam.
c.
Dengan tes obyektif, terbuka kemungkinan bagi testee untuk
bermain spekulasi, tebak terka, adu untung dalam memberikan jawaban soal.
d.
Cara memberikan jawaban soal pada tes obyektif, di mana
dipergunakan simbol-simbol huruf yang sifatnya seragam.
5.
Petunjuk operasional penyusunan tes obyektif
a.
Untuk dapat menyusun butir-butir soal tes obyektif yang
bermutu tinggi, pembuat soal tes (dalam hal ini guru, dosen dan lain-lain)
harus membiasakan diri dan sering berlatih, sehingga dari waktu ke waktu ia
akan dapat merancang dan menyusun butir-butir soal tes obyektif dengan lebih
baik dan lebih sempurna.
b.
Setiap kali alat pengukur hasil belajar berupa tes obyektif
itu selesai dipergunakan, hendaknya dilakukan penganalisisan item, dengan
tujuan dapat mengidentifikasi butir-butir item mana yang sudah termasuk dalam
kategori "baik" dan butir-butir item mana yang masih termasuk dalam
kategori "kurang baik" dan "tidak baik".
c.
Dalam rangka mencegah timbulnya permainan spekulasi dan
kerja sama yang tidak sehat di kalangan testee, perlu disiapkan terlebih dahulu
suatu norma yang memperhitungkan faktor tebakan.
d.
Agar tes obyektif disamping mengungkap aspek ingatan atau
hafalan juga dapat mengungkap aspek-aspek berpikir yang lebih dalam.
e.
Dalam menyusun kalimat soal-soal tes obyektif, bahasa atau
istilah-istilah yang dipergunakan hendaknya cukup sederhana, ringkas, jelas dan
mudah dipahami oleh testee.
f.
Untuk mencegah terjadinya silang pendapat atau perdebatan
antara testee dengan tester, dalam menyusun butir-butir soal tes obyektif
hendaknya diusahakan sungguh-sungguh agar tidak ada butir-butir yang dapat
menghasilkan penafsiran ganda atau kerancuan dalam pemberian jawabannya.
g.
Cara memenggal atau memutus kalimat, membubuhkan tanda-tanda
baca seperti titik, koma dan sebagainya, penulisan tanda-tanda aljabar seperti
kuadrat, akar dan sebagainya, hendaknya ditulis secara benar, usahakan agar
tidak terjadi kesalahan ketik atau kesalahan cetak, sehingga tidak mengganggu
konsentrasi testee dalam memberikan jawaban soal.
h.
Dengan cara bagaimanakah testee (siswa) seharusnya memberikan jawaban
terhadap butir-butir soal yang diajukan dalam tes, hendaknya diberikan pedoman
atau petunjuknya secara jelas dan tegas
c.
Tes hasil
belajar bentuk perbuatan
1.
Pengertian Tes Uraian
Tes tindakan dimaksudkan untuk mengukur keterampilan siswa dalam melakukan suatu kegiatan. Dalam tes tindakan persoalan disajikan dalam bentuk tugas yang harus dikerjakan oleh testi. Pada intinya ada dua unsur
yang yang bias dijadikan bahan penilaian dalam tes tidakan yaitu: proses dan produk.
2.
Keunggulan dan kelemahan tes
perbuatan
Adapun keunggulan dan kelemahan dari tes perbuatan ini adalah :
·
Keunggulan tes perbuatan, antara lain sebagai berikut :
a.
Cocok untuk mengukur aspek perilaku psikomotor
b.
Dapat digunakan untuk mengecek kesesuaian antara pengetahuan,
teori, dan keterampilan mempraktekkannya.
c.
Tak ada kesempatan untuk menyontek
·
Kelemahan dari tes perbuatan antara lain :
a.
Lebih sulit dalam mengadakan pengukuran
b.
Memerlukan biaya yang relative lebih besar
c.
Memerlukan waktu yang relative lama.
3. Teknik Pelaksanaan Tes Perbuatan
Tes perbuatan pada umumnya digunakan
untuk mengukur taraf kompetensi yang bersifat keterampilan (psikomotorik),
dimana penilaiannya dilakukan terhadap proses penyelesaian tugas dan hasil
akhir yang dicapai oleh testee setelah melaksanakan tugas tersebut. Karena tes
ini bertujuan ingin mengukur ketrampilan, maka sebaiknya tes perbuatan ini
dilakukan secara individu.
Dalam melaksanakan tes perbuatan ini
ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh tester yaitu :
a. Tester harus mengamati secara
teliti, cara yang ditempuh oleh testee dalam menyelesaikan tugas yang telah
ditentukan.
b. Hendaknya tester jangan berbicara
atau berbuat sesuatu yang dapat mempengaruhi testee yang sedang mengerjakan
tugas tersebut, agar mendapat hasil yang kadar obyektivitas setinggi mungkin.
c. Dalam mengamati testee yang sedang
melaksanakan tugas itu, hendaknya tester telah menyiapkan instrumen berupa
lembar penilaian yang didalamnya telah ditentukan hal-hal apa sajakah yang
harus diamati dan diberikan penilaian.
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Dalam pembuatan
tes hasil belajar, kita harus mengetahui beberapa ciri dari tes yang bagus itu,
diantaranya :
4.
Valid (shahih)
5.
Reliabel (tsabit)
6.
Obyektif (maudu’iy)
7.
Praktis (‘amaliy)
Dan terdapat beberapa
prinsip-prinsip dasar, yaitu :
a.
Tes hasil belajar harus dapat mengukur secara jelas hasil
belajar.
b.
Butir-butir soal tes hasil belajar harus merupakan sampel
yang representatif dari populasi bahan pelajaran yang telah diajarkan.
c.
Bentuk soal yang dikeluarkan dalam tes hasil belajar harus
dibuat bervariasi.
d.
Tes hasil belajar harus didesain sesuai dengan kegunaannya
untuk memperoleh hasil yang diinginkan.
e.
Tes hasil belajar harus memiliki reliabelitas yang dapat
diandalkan.
f.
Tes hasil belajar harus dapat dijadikan alat untuk
mencari informasi yang berguna untuk perbaikan cara belajar siswa dan cara
mengajar guru
2.
SARAN
Sebagai calon
seorang guru yang profesional, sebaiknya kita harus mengetahui bagaimanakah
cara mengetahui kemampuan siswa, salah satu nya dengan melakukan tes. Sebelum
mengadakan tes, seorang guru harus mengetahui bagaimana kemampuan rata-rata
siswa nya. Jangan sampai, ketika memberikan tes, tidak ada satupun siswa yang
mengerti atau paham akan tes yang diberikan tersebut.
Tes bukan hanya
berguna bagi siswa, tetapi juga berguna bagi gurunya sendiri, karena dengan
melakukan tes terhadap siswa-siswanya, seorang guru dapat mengetahui kemampuan
dan caranya dalam mengajar.
PERTANYAAN
1.
Fitria Rahayu
Norjannah (12060143)
Hal-hal
apasajakah yang perlu diperhatikan dalam pembuatan tes uraian ?
2.
Nurmailiza Sari
(12060141)
Bagaimana
cara menentukan apakah tes hasil belajar sudah memiliki ke validitasan !
3.
Elsa Asriani
(12060146)
Apakah
keunggulan dari tes objektif bentuk pilihan ganda ?
4.
Rahmah Tusadiah
(12060170)
Jelaskan
perbedaan antara tes uraian bebas dengan tes uraian terbatas !
5.
Della Afrita Geni M
(12060145)
Kenapa
pada pemeriksaan tes uraian sulit untuk disesuaikan kepada orang lain ?
Jelaskan !
TAMBAHAN
1.
Nurmailiza Sari
(12060141)
2.
Viska Yuwantri
(12060169)
3.
Desi Indah Yuni
(120601
4.
Elviyanti
(12060171)
5.
Rahmi
DAFTAR PUSTAKA
1. Purwanto M. Ngalim. 2009. Prinsip-prinsip dan Tekhnik Evaluasi Pengajaran. PT Remaja Rosdakarya: Bandung
2. Sudijono Anas. 1998. Pengantar Evaluasi Pendidikan. PT Raja
Grafindo Persada: Jakarta
3. Arikunto,
Suharsimi. 1997. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta :
Penerbit Bumi Aksara
4. Cangelosi,
James. Merancang Tes untuk Menilai Prestasi Siswa .Terjemahan Lilian.
D. Bandung : ITB Bandung
Komentar
Posting Komentar