KONSEP DASAR PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
MAKALAH
PERKEMBANGAN
PESERTA DIDIK
Tentang
KONSEP
DASAR PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN

OLEH :
BK/12/E
KELOMPOK
1
Agus
Mulya Putra (12060158)
Abduh
Purnama Putra (12060162)
Hendri
Selvia (12060165)
DOSEN
PEMBIMBING :
ADLIA
ALFI RIANI, M.Pd
PROGRAM STUDI
BIMBINGAN DAN KONSELING
STKIP
PGRI SUMATERA BARAT
2013
KATA PENGANTAR
Syukur
alhamdulillah Penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah “Perkembangan Peserta
Didik (PPD)” tentang “Konsep Dasar Pertumbuhan dan Perkembangan”
Dalam
menyelesaikan makalah ini, penulis menemui beberapa kendala. Berkat bantuan dan
gagasan dari beberapa pihak dan Dosen Pembimbing, akhirnya penulis dapat
menyelesaikan makalah ini.
Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaaan, baik materi maupun
teknik penulisannya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun, sehingga makalah ini bisa mencapai kesempurnaan sebagaimana
mestinya.
Atas kririk dan saran yang diberikan, penulis
ucapkan terima kasih.
Padang, 26 Februari 2013
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar .................................................................................................... i
Daftar Isi ............................................................................................................. ii
Bab I Fenomena .................................................................................................. 1
Bab II Konsep Dasar Pertumbuhan dan Perkembangan .................................... 4
1.
Pengertian
Pertumbuhan dan Perkembangan ......................................... 5
2.
Pengertian
Kematangan .......................................................................... 5
3.
Prinsip –
Prinsip dan Hukum Perkembangan .......................................... 6
4.
Aspek-aspek
yang Berkembang .............................................................. 9
5.
Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Perkembangan ............................... 11
Bab III Kesimpulan ........................................................................................... 13
Kepustakaan ...................................................................................................... 14
Lampiran
BAB I
FENOMENA
BEBERAPA
PERMASALAHAN REMAJA
Masa
remaja merupakan sebuah periode dalam kehidupan manusia yang batasannya usia
maupun peranannya seringkali tidak terlalu jelas. Pubertas yang dahulu dianggap
sebagai tanda awal keremajaan ternyata tidak lagi valid sebagai patokan atau
batasan untuk pengkategorian remaja sebab usia pubertas yang dahulu terjadi
pada akhir usia belasan (15-18) kini terjadi pada awal belasan bahkan sebelum
usia 11 tahun.
Seorang
anak berusia 10 tahun mungkin saja sudah (atau sedang) mengalami pubertas namun
tidak berarti ia sudah bisa dikatakan sebagai remaja dan sudah siap menghadapi
dunia orang dewasa. Ia belum siap menghadapi dunia nyata orang dewasa, meski di
saat yang sama ia juga bukan anak-anak lagi. Berbeda dengan balita yang
perkembangannya dengan jelas dapat diukur, remaja hampir tidak memiliki pola
perkembangan yang pasti. Dalam perkembangannya seringkali mereka menjadi
bingung karena kadang-kadang diperlakukan sebagai anak-anak tetapi di lain
waktu mereka dituntut untuk bersikap mandiri dan dewasa.
Memang
banyak perubahan pada diri seseorang sebagai tanda keremajaan, namun seringkali
perubahan itu hanya merupakan suatu tanda-tanda fisik dan bukan sebagai
pengesahan akan keremajaan seseorang. Namun satu hal yang pasti, konflik yang
dihadapi oleh remaja semakin kompleks seiring dengan perubahan pada berbagai
dimensi kehidupan dalam diri mereka..
Pada
saat seorang anak memasuki masa pubertas yang ditandai dengan menstruasi
pertama pada remaja putri atau pun perubahan suara pada remaja putra, secara
biologis dia mengalami perubahan yang sangat besar. Pubertas menjadikan seorang
anak tiba-tiba memiliki kemampuan untuk ber-reproduksi.
Pada
masa pubertas, hormon seseorang menjadi aktif dalam memproduksi dua jenis
hormon (gonadotrophins atau gonadotrophic hormones) yang berhubungan dengan
pertumbuhan, yaitu: 1) Follicle-Stimulating Hormone (FSH); dan 2). Luteinizing
Hormone (LH). Pada anak perempuan, kedua hormon tersebut merangsang pertumbuhan
estrogen dan progesterone: dua jenis hormon kewanitaan. Pada anak lelaki,
Luteinizing Hormone yang juga dinamakan Interstitial-Cell Stimulating Hormone
(ICSH) merangsang pertumbuhan testosterone.
Pertumbuhan
secara cepat dari hormon-hormon tersebut di atas merubah sistem biologis
seorang anak. Anak perempuan akan mendapat menstruasi, sebagai pertanda bahwa
sistem reproduksinya sudah aktif. Selain itu terjadi juga perubahan fisik
seperti payudara mulai berkembang, dll. Anak lelaki mulai memperlihatkan
perubahan dalam suara, otot, dan fisik lainnya yang berhubungan dengan
tumbuhnya hormon testosterone. Bentuk fisik mereka akan berubah secara cepat
sejak awal pubertas dan akan membawa mereka pada dunia remaja.
Dimensi Kognitif
Perkembangan
kognitif remaja, dalam pandangan Jean Piaget (seorang ahli perkembangan
kognitif) merupakan periode terakhir dan tertinggi dalam tahap pertumbuhan
operasi formal (period of formal operations. Kemampuan berpikir para remaja
berkembang sedemikian rupa sehingga mereka dengan mudah dapat membayangkan
banyak alternatif pemecahan masalah beserta kemungkinan akibat atau hasilnya.
Kapasitas berpikir secara logis dan abstrak mereka berkembang sehingga mereka
mampu berpikir multi-dimensi seperti ilmuwan..
Pada
kenyataan, di negara-negara berkembang (termasuk Indonesia) masih sangat banyak
remaja (bahkan orang dewasa) yang belum mampu sepenuhnya mencapai tahap
perkembangan kognitif operasional formal ini. Sebagian masih tertinggal pada
tahap perkembangan sebelumnya, yaitu operasional konkrit, dimana pola pikir
yang digunakan masih sangat sederhana dan belum mampu melihat masalah dari
berbagai dimensi. Hal ini bisa saja diakibatkan sistem pendidikan di Indonesia
yang tidak banyak menggunakan metode belajar-mengajar satu arah (ceramah) dan
kurangnya perhatian pada pengembangan cara berpikir anak.
Penyebab
lainnya bisa juga diakibatkan oleh pola asuh orangtua yang cenderung masih
memperlakukan remaja sebagai anak-anak, sehingga anak tidak memiliki keleluasan
dalam memenuhi tugas perkembangan sesuai dengan usia dan mentalnya. Semestinya,
seorang remaja sudah harus mampu mencapai tahap pemikiran abstrak supaya saat
mereka lulus sekolah menengah, sudah terbiasa berpikir kritis dan mampu untuk
menganalisis masalah dan mencari solusi terbaik.
Dimensi Moral
Masa
remaja adalah periode dimana seseorang mulai bertanya-tanya mengenai berbagai
fenomena yang terjadi di lingkungan sekitarnya sebagai dasar bagi pembentukan
nilai diri mereka. Elliot Turiel (1978) menyatakan bahwa para remaja mulai
membuat penilaian tersendiri dalam menghadapi masalah-masalah populer yang
berkenaan dengan lingkungan mereka, misalnya: politik, kemanusiaan, perang,
keadaan sosial, dsb. Remaja tidak lagi menerima hasil pemikiran yang kaku,
sederhana, dan absolut yang diberikan pada mereka selama ini tanpa bantahan.
Remaja mulai mempertanyakan keabsahan pemikiran yang ada dan mempertimbangan
lebih banyak alternatif lainnya.
Secara
kritis, remaja akan lebih banyak melakukan pengamatan keluar dan
membandingkannya dengan hal-hal yang selama ini diajarkan dan ditanamkan
kepadanya. Sebagian besar para remaja mulai melihat adanya “kenyataan” lain di
luar dari yang selama ini diketahui dan dipercayainya. Ia akan melihat bahwa
ada banyak aspek dalam melihat hidup dan beragam jenis pemikiran yang lain.
Baginya dunia menjadi lebih luas dan seringkali membingungkan, terutama jika ia
terbiasa dididik dalam suatu lingkungan tertentu saja selama masa kanak-kanak.
Dimensi Psikologis
Masa
remaja merupakan masa yang penuh gejolak. Pada masa ini mood (suasana hati)
bisa berubah dengan sangat cepat. Hasil penelitian di Chicago oleh Mihalyi
Csikszentmihalyi dan Reed Larson (1984) menemukan bahwa remaja rata-rata
memerlukan hanya 45 menit untuk berubah dari mood “senang luar biasa” ke “sedih
luar biasa”, sementara orang dewasa memerlukan beberapa jam untuk hal yang
sama. Perubahan mood (swing) yang drastis pada para remaja ini seringkali
dikarenakan beban pekerjaan rumah, pekerjaan sekolah, atau kegiatan sehari-hari
di rumah. Meski mood remaja yang mudah berubah-ubah dengan cepat, hal tersebut
belum tentu merupakan gejala atau masalah psikologis.
Dalam
hal kesadaran diri, pada masa remaja para remaja mengalami perubahan yang
dramatis dalam kesadaran diri mereka (self-awareness). Mereka sangat rentan
terhadap pendapat orang lain karena mereka menganggap bahwa orang lain sangat
mengagumi atau selalu mengkritik mereka seperti mereka mengagumi atau mengkritik
diri mereka sendiri. Anggapan itu membuat remaja sangat memperhatikan diri
mereka dan citra yang direfleksikan (self-image). Remaja cenderung untuk
menganggap diri mereka sangat unik dan bahkan percaya keunikan mereka akan
berakhir dengan kesuksesan dan ketenaran. Remaja putri akan bersolek berjam-jam
di hadapan cermin karena ia percaya orang akan melirik dan tertarik pada
kecantikannya, sedang remaja putra akan membayangkan dirinya dikagumi lawan
jenisnya jika ia terlihat unik dan “hebat”.
Pada
usia 16 tahun ke atas, keeksentrikan remaja akan berkurang dengan sendirinya
jika ia sering dihadapkan dengan dunia nyata. Pada saat itu, Remaja akan mulai
sadar bahwa orang lain tenyata memiliki dunia tersendiri dan tidak selalu sama
dengan yang dihadapi atau pun dipikirkannya. Anggapan remaja bahwa mereka
selalu diperhatikan oleh orang lain kemudian menjadi tidak berdasar. Pada saat
inilah, remaja mulai dihadapkan dengan realita dan tantangan untuk menyesuaikan
impian dan angan-angan mereka dengan kenyataan.
Para
remaja juga sering menganggap diri mereka serba mampu, sehingga seringkali
mereka terlihat “tidak memikirkan akibat” dari perbuatan mereka. Tindakan
impulsif sering dilakukan; sebagian karena mereka tidak sadar dan belum biasa
memperhitungkan akibat jangka pendek atau jangka panjang. Remaja yang diberi
kesempatan untuk mempertangung-jawabkan perbuatan mereka, akan tumbuh menjadi
orang dewasa yang lebih berhati-hati, lebih percaya-diri, dan mampu
bertanggung-jawab.
Rasa
percaya diri dan rasa tanggung-jawab inilah yang sangat dibutuhkan sebagai
dasar pembentukan jati-diri positif pada remaja. Kelak, ia akan tumbuh dengan
penilaian positif pada diri sendiri dan rasa hormat pada orang lain dan
lingkungan. Bimbingan orang yang lebih tua sangat dibutuhkan oleh remaja
sebagai acuan bagaimana menghadapi masalah itu sebagai “seseorang yang baru”;
berbagai nasihat dan berbagai cara akan dicari untuk dicobanya. Remaja akan
membayangkan apa yang akan dilakukan oleh para “idola”nya untuk menyelesaikan
masalah seperti itu. Pemilihan idola ini juga akan menjadi sangat penting bagi
remaja.
Salah
satu topik yang paling sering dipertanyakan oleh individu pada masa remaja
adalah masalah "Siapakah Saya?" Pertanyaan itu sah dan normal adanya
karena pada masa ini kesadaran diri (self-awareness) mereka sudah mulai
berkembang dan mengalami banyak sekali perubahan.
Remaja
mulai merasakan bahwa “ia bisa berbeda” dengan orangtuanya dan memang ada
remaja yang ingin mencoba berbeda. Inipun hal yang normal karena remaja
dihadapkan pada banyak pilihan. Karenanya, tidaklah mengherankan bila remaja
selalu berubah dan ingin selalu mencoba, baik dalam peran sosial maupun dalam
perbuatan. Contoh : anak seorang insinyur bisa saja ingin menjadi seorang
dokter karena tidak mau melanjutkan atau mengikuti jejak ayahnya. Ia akan
mencari idola seorang dokter yang sukses dan berusaha menyerupainya dalam
tingkahlaku.
BAB II
KONSEP
DASAR PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
1.
Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan
- Pengertian Perkembangan
Banyak para pakar yang merumuskan
pengertian perkembangan dengan pengertian dasar yaitu suatu proses perubahan
dalam diri individu yang bersifat kualitatif atau untuk fungsi psikologis yang
berlangsung secara terus menerus kearah yang lebih baik/progresif.
Dari defenisi diatas, dapat dipahami
bahwa perkembangan secara umum mengandung arti sebagai berikut :
Ø Perubahan fungsi psikologis atau perubahan yang
bersifat kualitatif, yaitu perubahan yang dapat dilihat dari kemampuan
bertingkah laku lebih matang, baik tingkah laku sosial, emosional, moral maupun
intelektual.
Ø Perubahan itu merupakan suatu proses yang
barkesinambungan dan terus menerus. Hal ini berarti bahwa perubahan pada
perkembangan bukan terjadi secara tiba-tiba dalam waktu yang singkat, tetapi
perubahan yang terjadi terus menerus dan berkelanjutan seta bertahap-tahap
sepanjang hidup manusia. Oleh karena itu, perkembangan (perubahan) pada tahap
kehidupan (periode) sebelumnya mempengaruhi perkembangan pada periode
sebelumnya.
Ø Perubahan yanng mengarah pada pencapaian kematangan.
b.
Pengertian
Pertumbuhan
Sama halnya dengan konsep
perkembangan, maka konsep pertumbuhan pun dibahas oleh banyak para pakar.
Mereka menyepakati bahwa pertumbuhan adalah perubahan pada diri individu yang
bersifat fisik, dan dapat diukur secara kuantitatif, seperti hal nya perubahan
tinggi badan yang dapat diukur dengan meter, dan perubahan berat badan yang dapat diukur
dengan kilogram.
2.
Pengertian Kematangan
Pada
setiap tahap perkembangan kehidupan manusia, individu dituntut untuk menguasai
kemampuan berprilaku yang menjadi ciri bahwa perkembangan nya telah berhasil
dan normal. Jika pada fase itu, individu tidak mempunyai kemampuan berprilaku
sepatutnya, sesuai dengan tugas-tugas perkembangan nya maka dianggap individu
tersebut mengalami kelambatan perkembangan atau penyimpangan perkembangan.
Jadi,
secara umum “kematangan” adalah tercapainya kemampuan bertingkah laku secara
fisik, sosial emosional, moral dan intelektual secara sempurna sesuai dengan
tugas-tugas perkembangan pada periode perkembangan tertentu.
3.
Prinsip-prinsip dan Hukum Perkembangan
a.
Prinsip-Prinsip
Perkembangan
Prinsip-prinsip
perkembangan remaja adalah suatu kondisi yang terjadi selama proses
perkembangan berlangsung. Prinsip-prinsip perkembangan ini juga berlaku pada
perkembangan semua orang dalam berbagai periode perkembangan.
Prinsip-prinsip
perkembangan itu antara lain :
ü Prinsip Kematangan
Taraf
kematangan kognitif, sosial,emosional, serta moral akan mempengaruhi tingkat
prestasi seseorang. Remaja yang matang secara kognitif mampu memahami konsep
abstrak, seperti nilai kebenaran yanng murni, menghubungkan peristiwa sekarang
dengan peristiwa yang akan datang. Namun, kematangan remaja itu tidak sama.
Tidak semua remaja mencapai kematangan kognitif yang sama walaupun umur mereka
sama.
ü Prinsip Kesatuan Organisasi
Prinsip
ini mengatakan bahwa anak merupakan suatu kesatuan antara fisik dan psikis dan
kesatuan komponen dari kedua unsur tersebut. perkembangan aspek fisik atau
psikis berkaitan satu sama lain dan saling mempengaruhi. Setiap aspek tidak
berkembang secara sendiri-sendiri tetapi perkembangan satu aspek berpengaruh
pada aspek yang lain.
ü Prinsip Tempo dan Irama Perkembangan
Prinsip
ini menyatakan bahwa remaja berkembang dengan tempo dan irama perkembangan
sendiri-sendiri. Setiap remaja memiliki tempo dan irama perkembangan yang
berbeda dengna remaja yang lain. Ada remaja yang cepat dan ada pula remaja yang
lambat pula perkembangan nya.
Misalnya
dalam satu kelas ada remaja yang umurnya sama, namun kematangan berpikir mereka
berbeda. Anak A yang berusia 13 tahun telah memiliki kematangan berpikir sama
dengan anak yang berusia 18tahun, sedangkan anak B dengan umur sama baru
mempunyai kemampuan berpikir sama dengan
anak berumur 10 tahun. Oleh karena itu, anak A lebih mudah dan cepat belajar
dibandingkan dengan anak B.
Tempo
dan irama perkembangan remaja ditentukan oleh dua faktor, yaitu faktor
pembawaan (potensi dasar) dan lingkungan. Makin tinggi potensi dasar makin
cepat irama dan tempo perkembangan nya, apabila lingkungan nya memberikan
rangsangan yang sesuai. Demikian pula sebaliknya, makin rendah potensi dasar
yang dimiliki anak ditambah lagi dengan lingkungan yanng kurang memacu perkembangan
tersebut, maka tempo dan irama perkembangan akan menjadi lambat.
ü Prinsip Kesamaan Pola
Prinsip
ini mengemukakan bahwa anak sebagai manusia mengikuti pola umum yang sama dalam
perkembangan nya.
Misalnya,
anak usia 14 tahun telah memasuki masa pra remaja dan siap untuk memasuki
sekolah menengah pertama.
ü Prinsip Kontinuitas
Menurut
prinsip ini, perkembangan berlangsung secara terus menerus dan
berkesinambungan. Perkembangan pada periode awal mempengaruhi pencapaian
perkembangan periode berikutnya.
Andaikan
tugas-tugas perkembangan pada periode awal dapat dicapai dengan sempurna, maka
tugas perkembangan pada periode berikutnya dapat diselesaikan dengan baik. Tapi
jika yang terjadi sebaliknya, maka tugas perkembangan pada periode berikutnya
akan sulit untuk terselesaikan, bahkan ada kemungkinan tidak diperoleh sama
sekali.
b.Hukum-Hukum Perkembangan
ü Hukum
Konvergensi
Perkembangan manusia pada dasarnya tidak hanya dipengaruhi oleh faktor
pembawaan (nativisme) sejak lahir, tetapi juga oleh lingkungan (empirisme)
termasuk juga pendidikan serta pengalaman. Aliran ini menggabungkan arti
penting hereditas (pembawaan) dengan lingkungan sebagai faktor yang berpengaruh
dalam perkembangan manusia.
ü Hukum Perkembangan
dan Pengembangan Diri
Para siswa seperti juga manusia dan organisme
lainnya, memiliki dorongan dan hasrat mempertahankan diri dari hal-hal yang
negatif.Manusia berkembang karena adanya insting atau naluri pembawaan sejak
lahir yang menuntutnya untuk bertahan dan mengembangkan diri di muka bumi ini.
ü Hukum
Masa Peka
Tiap-tiap jiwa mempunyai waktunya untuk berkembang dengan sebaik-baiknya.
Masa peka adalah suatu masa ketika fungsi-fungsi jiwa menonjolkan diir ke luar,
dan peka akan pengaruh rangsangan yang datang, dan merupakan masa pertumbuhan
ketika suatu masa ketika fungsi-fungsi jiwa mudah sekali di pengaruhi dan
dikembangkan. Usia 3 sampai 5 tahun adalah masa yang baik seklai untuk
mempelajari bahasa.
Masa peka adalah masa dimana suatu fungsi yang perkembangannya harus
dilayani dan diberi kesempatan sebaik-baiknya, dan masa dimana perkembangan
sesuatu fungsi maksimal besarnya. Contoh ; Masa peka untuk berjalan pada anak
adalah pada tahun ke 2, masa peka untuk menggambar adalah pada tahun ke 5, dan
masa peka untuk ingatan logis adalah tahun ke 12. Kadang-kadang seorang anak telah peka membaca
pada umur 4 tahun, sedangkan anak lain baru peka membaca pada umur 5 tahun.
Tetapi ada yang lambat lagi, ia baru mengalaminya pada umur 6 atau 7 tahun,
sebab masa peka tidak sama timbulnya, dan hanya sekali saja dialami anak dalam
kehidupannya.
ü Hukum
Rekapitulasi
Hukum rekapitulasi adalah perkembangan psikis anak yakni ulangan secara
singkat perkembangan umat manusia. Seluruh perkembangan umat manusia terulang
dalam waktu beberapa tahun saja secara singkat dalam perkembangan anak.
Fakta-faktanya ;
Anak-anak kecil memiliki kesamaan dengan bangsa primitif, misalnya ; suka
dengan warna yang tajam, memiliki pikiran yang animistis, takut hantu atau
kekuatan gaib.
ü Hukum
bertahan dan mengembangkan diri
Dalam kehidupan timbul dorongan dan hasrat untuk mempertahankan diri.
Dorongan yang pertama adalah dorongan mempertahankan diri, kemudian disusul
dengan dorongan mengembangkan diri. Dorongan mempertahankan diri terwujud diri
sendiri. Anak menyatakan perasaan lapar, luas, dan sakit dalam bentuk menangis.
Ia mempertahankan dirinya dengan cara menangis. Jika ibu mendengar
anak-anaknya menangis, tangisannya itu dianggap sebagai dorongan mempertahankan
diri.
4.
Aspek-Aspek yang Berkembang
Semua individu
khususnya remaja akan mengalami perkembangan baik fisik maupun psikis yang
meliputi aspek-aspek intelektual, sosial, emosi, bahasa, moral dan agama.
1) Perkembangan Fisik
Dalam perkembangan remaja, perubahan yang tampak jelas
adalah perubahan fisik. Tubuh berkembang pesat sehingga mencapai bentuk tubuh
orang dewasa yang disertai dengan berkembangnya kapasitas reproduktif. Dalam
perkembangan seksualitas remaja, ditandai dengan ciri-ciri seks primer dan ciri-ciri
seks sekunder.
Ciri– ciri seks primer :
·
Remaja pria
Ditandai dengan sangat cepatnya pertumbuhan statis
pada tahun pertama dan kedua, kemudian pada tahun berikutnya tumbuh lebih
lambat dan akan mencapai ukuran pada usia 20– 21 tahun. Matangnya organ– organ
seks yang memungkinkan remaja pria yang berusia sekitar 14– 15 tahun mengalami
mimpi basah.
·
Remaja wanita
Ditandai dengan tumbuhnya rahim, vagina dan ovarium
(indung telur). Ovarium menghasilkan ovum dan mengeluarkan hormon- hormon yang
diperlukan untuk kehamilan, menstruasi dan perkembangan seks sekunder. Pada
usia 11– 15 tahun, menstruasi pertama sering ditandai dengan sakit kepala,
sakit pinggang, kadang kejang, lelah, depresi dan mudah tersinggung.
2) Perkembangan Psikis
·
Aspek Intektual
Perkembangan intelektual (kognitif) pada remaja
bermula pada umur 11 atau 12 tahun. Remaja tidak lagi terikat pada realitas
fisik yang konkrit, remaja mulai mampu berhadapan dengan aspek-aspek yang
hipotesis dan abstrak dari realitas. Bagaimana dunia ini tersusun tidak lagi
dilihat sebagai satu-satunya alternatif yang mungkin terjadi, misalnya
aturan-aturan dari orang tua, status remaja dalam kelompok sebayanya dan
aturan-aturan yang diberlakukan padanya tidak lagi dipandang sebagai hal-hal
yang mungkin berubah. Kemampuan-kemampuan berpikir yang baru ini memungkinkan
individu untuk berpikir secara abstrak, hipotesis dan kontrafaktual, yang
nantinya akan memberikan peluang pada
individu untuk mengimajinasikan kemungkinan lain untuk segala hal.
·
Aspek Sosial
Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan
dalam hubungan sosial atau proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap
norma-norma kelompok, moral dan tradisi. Meleburkan diri menjadi satu kesatuan
dan saling berkomunikasi dan bekerja sama. Aspek ini meliputi kepercayaan akan
diri sendiri, berpandangan objektif, keberanian menghadapi orang lain, dan
lain-lain.
·
Aspek Emosi (Afektif)
Perkembangan aspek emosi berjalan konstan, kecuali
pada masa remaja awal (13-14 tahun) dan remaja tengah (15-16 tahun) pada masa
remaja awal ditandai oleh rasa optimisme dan keceriaan dalam hidupnya,
diselingi rasa bingung menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi dalam
dirinya. Pada masa remaja tengah rasa senang datang silih berganti dengan rasa
duka, kegembiraan berganti dengan kesedihan, rasa akrab bertukar dengan kerenggangan
dan permusuhan. Gejolak ini berakhir pada masa remaja akhir (18– 21 tahun).
·
Aspek Bahasa
Perkembangan bahasa adalah meningkatnya kemampuan
penguasaan alat berkomunikasi baik alat komunikasi lisan, tulisan, maupun
menggunakan tanda-tanda dan isyarat. Bahasa remaja adalah bahasa yang
telah berkembang, baik di lingkungan keluarga, masyarakat dan khususnya
lingkungan teman sebaya sedikit banyak lebih membentuk pola perkembangan bahasa
remaja. Pola bahasa remaja lebih diwarnai pola bahasa pergaulan yang berkembang
di dalam kelompok sebaya. Pada umumnya remaja akhir lebih memantapkan diri pada
bahasa asing tertentu, menggemari literatur yang mengandung nilai-nilai
filosofis, etnis dan religius. Penggunaan bahasa oleh remaja lebih sempurna
serta perbendaharaan kata lebih banyak. Kemampuan menggunakan bahasa ilmiah
mulai tumbuh dan mampu diajak berdialog seperti ilmuwan.
·
Aspek Moral
Perkembangan moral pada remaja menurut teori
Kohlberg menempati tingkat III: pasca konvensional stadium 5, merupakan tahap orientasi
terhadap perjanjian antara remaja dengan lingkungan sosial. Ada hubungan timbal
balik antara dirinya dengan lingkungan sosial dan masyarakat. Pada tahap ini
remaja lebih mengenal tentang nilai-nilai moral, kejujuran, keadilan kesopanan
dan kedisiplinan. Oleh karena itu moral remaja harus sesuai dengan tuntutan
norma-norma sosial.
·
Aspek Agama
Pemahaman remaja dalam beragama sudah semakin
matang, kemampuan berfikir abstrak memungkinkan remaja untuk dapat
mentransformasikan keyakinan beragama serta mengapresiasikan kualitas
keabstrakan Tuhan.
5.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan
Secara garis
besar, pendapat yang dikemukakan oleh para ahli dapat digolongkan menjadi tiga
golongan, yaitu :
a)
Aliran Nativisme
Menurut
aliran ini bahwa perkembangan individu itu semata-mata ditentukan oleh
faktor-faktor yang dibawa sejak lahir (natus = lahir). Anak sejak lahir membawa sifat-sifat
dan dasar-dasar tertentu yang dinamakan sifat pembawaan. Para ahli yang mengikuti paham ini
biasanya menunjukkan berbagai kesamaan/kemiripan antara orangtua dengan
anak-anaknya. Misalnya kalau ayahnya ahli musik maka anaknya juga akan menjadi
ahli musik, ayahnya seorang ahli fisika maka anaknya juga akan menjadi ahli
fisika. Keistimewaan-keistimewaan yang dimiliki oleh orangtua juga dimiliki
oleh anaknya.
b)
Aliran Empirisme
Menurut
aliran ini bahwa perkembangan individu itu semata-mata ditentukan oleh faktor
dari luar/lingkungan. Sedangkan pembawaan tidak memiliki peranan sama sekali.
Tokoh aliran ini ialah John Locke (1632 – 1704) yang terkenal dengan teori “Tabularasa”. Ia
mengatakan bahwa anak lahir seperti kertas putih yang belum mendapat coretan
sedikitpun, akan dijadikan apa kertas itu terserah kepada yang
menulisnya.Aliran empirisme menimbulkan optimisme dalam bidang pendidikan.
Segala sesuatu yang terdapat pada jiwa manusia dapat diubah oleh pendidikan.
Watak, sikap,
dan tingkah laku manusia dapat diubah oleh pendidikan. Pendidikan di pandang
mempunyai pengaruh yang tidak terbatas. Keburukan dari pandangan ini adalah
anak tidak diperlakukan sebagai anak, tetapi diperlakukan semata-mata menuruti
keinginan orang dewasa. Pribadi anak sering di abaikan dan kepentingannya
dilalaikan..
c)
Aliran Konvergensi
Menurut
aliran ini bahwa manusia dalam perkembangan hidupnya dipengaruhi oleh
bakat/pembawaan dan lingkungan atau dasar dan ajar. Manusia lahir telah membawa
benih-benih tertentu dan bisa berkembang karena pengaruh lingkungan. Aliran ini
dipelopori oleh W. Stern.
BAB
III
KESIMPULAN
Dari
beberapa penjelasan tersebut di atas, dapat kita simpulkan bahwa : Perkembangan
merupakan perubahan individu baik fisik maupun psikisnya dan berlangsung
sepanjang hayat, perubahan-perubahannya tidak hanya bersifat evolusi, tetapi
juga bersifat involusi (penurunan dan perusakan menuju kematian). Pertumbuhan
merupakan perubahan individu yang terbatas pada perubahan fisiknya dan
berlangsung sampai pada masa tertentu, perubahan – perubahannya bersifat
evolusi ( menuju ke arah yang lebih sempurna ).
Anak sebagai suatu totalitas, maksudnya bahwa anak sebagai suatu kesatuan dari seluruh aspek yang ada dalam dirinya. Keseluruhan aspek yang ada dalam diri anak saling berkaitan. Secara keseluruhan anak berbeda dengan orang dewasa.
Anak sebagai suatu totalitas, maksudnya bahwa anak sebagai suatu kesatuan dari seluruh aspek yang ada dalam dirinya. Keseluruhan aspek yang ada dalam diri anak saling berkaitan. Secara keseluruhan anak berbeda dengan orang dewasa.
Faktor
kematangan dan faktor pengalaman merupakan hal yang utama dalam mempengaruhi
perkembangan anak. Kedua faktor tersebut sangat penting untuk dipelajari dan
dipahami untuk mengetahui proses perkembangan anak. Misal, seorang anak yang
mengalami keterlambatan dalam berjalan, harus diketahui terlebih dahulu faktor
– faktor yang mempengaruhinya, apakah faktor kematangan (genetik) atau faktor
pengalaman (lingkungan). Apabila sudah diketahui faktor penyebabnya, maka kita
akan mudah mencari solusinya.
KEPUSTAKAAN
1.
Drs.
Mudjiran, M.S. kons, dkk. 2007. Perkembangan Peserta Didik. Padang : UNP Press
2.
Sobur,
Alex. 2003. Psikologi Umum.Bandung : Pustaka Setia
3.
Elvi Yuliana
Rochmah. 2005. Psikologi Perkembangan. http://sukosukoblog.blogspot.com/2011/11/faktor-faktoryangmempengaruhipertumbuhan.html?zx=4e196c6956b7d6ca-
Komentar
Posting Komentar