BUDAYA DENGAN PERILAKU SOSIAL DAN PSIKOMITOR
BUDAYA
DENGAN PERILAKU SOSIAL DAN PSIKOMOTOR
MAKALAH
SEBAGAI
SYARAT PEMENUHAN TUGAS
MATAKULIAH
KONSELING LINTAS BUDAYA
Disusun
Oleh :
SESI
E
KELOMPOK
III
Yolla Masda Rilafani 12060156
Nengsih
Siskawati 12060163
Novi
Erista 12060164
Eva Susieti 12060166
Mia Tamila 12060168
Rahmah Tusa’Diah 12060170
Dosen
Pembina:
Dra.Zikra
.M.Pd ., Kons
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PGRI
STKIP PGRI SUMATERA BARAT
PADANG
2014
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Komunikasi Konseling Lintas Budaya”.
Makalah ini penulis ajukan guna memenuhi tugas mata kuliah “Konseling Lintas
Budaya”
Penulis mengucapkan terimakasih
terutama kepada “Dosen Pembimbing Mata Kuliah Konseling Lintas Budaya, Ibu
Dosen Dra. Zikra, M.Pd., Kons.” dan kepada semua pihak yang telah membantu
sehingga makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan.
Tak
ada gading yang tak retak, begitu juga dalam pembuatan makalah ini. Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaaan, baik materi maupun
teknik penulisannya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun, sehingga makalah ini bisa mencapai kesempurnaan sebagaimana
mestinya.
Semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi yang membaca khususnya terhadap
penulis. Atas kritik dan saran yang diberikan penulis ucapkan terimakasih.
Padang,
November 2014
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar .................................................................................................................... i
Daftar Isi ............................................................................................................................... ii
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................. 1
C. Manfaat Penulisan ................................................................................................. 1
D.
Tujuan Penulisan ................................................................................................... 1
Bab II Pembahasan
A.
Psikologi Lintas budaya dan Perilaku Sosial ........................................................ 2
B.
Hubungan Antar Budaya dengan Psikomotor ..................................................... 2
Bab III Penutup
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 8
B. Saran ..................................................................................................................... 8
Kepustakaan
Mind Mapping
Lampiran
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Konformitas
Definisi Konformitas adalah :Sikap patuh tetapi lebih kepada mengalah atau mengikuti tekanan dari kelompokPerilaku seseorang yang sama ( seragam ) dengan perilaku orang lain atau perilaku kelompoknya. Jadi apabila seseorang menampilkan perilaku tertentu karena setiap orang lain menampilkan perilaku tersebut dikatakan konformitas.
Definisi Konformitas adalah :Sikap patuh tetapi lebih kepada mengalah atau mengikuti tekanan dari kelompokPerilaku seseorang yang sama ( seragam ) dengan perilaku orang lain atau perilaku kelompoknya. Jadi apabila seseorang menampilkan perilaku tertentu karena setiap orang lain menampilkan perilaku tersebut dikatakan konformitas.
·
Perilaku
kehidupan sehari-hari.Secara konkrit, pengalaman belajar yang perlu dilakukan agar siswa mencapai berbagai tindakan tingkatankompetensi afektif tersebut antara lain dengan mengamati dan menirukan perilaku
kehidupan sehari-hari.Secara konkrit, pengalaman belajar yang perlu dilakukan agar siswa mencapai berbagai tindakan tingkatankompetensi afektif tersebut antara lain dengan mengamati dan menirukan perilaku
contoh/model/panutan,mendatangi
objek studi yang dapat memupuk pertumbuhan nilai, berbuat atau berpartisipasi
aktif sesuai dengantuntunan nilai yang dipelajari, dan sebagainya. ...
·
Psikomotor
Kompetensi kognitif meliputimenghafal, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mensintesiskan, dan menilai.
Kompetensi kognitif meliputimenghafal, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mensintesiskan, dan menilai.
B.
Rumusan Masalah
1.
Menjelaskan
budaya dengan prilku social?
2.
Budaya
dengan prilakun psikomotor?
C.
Tujuan Penulisan
Untuk Mengetahui bahwa
Kebudayaan mempunyai kegunaan yang sangat besar bagi prilaku social dan
psikomotor manusia di dalam lingkungannya.
BAB II
PEMBAHASAN
BUDAYA
DENGAN PRILAKU SOCIAL DAN PSIKOMOTOR
1.
PSIKOLOGI
LINTAS BUDAYA DAN PERILAKU SOSIAL
A. Konformitas
Sikap
mengalah seseorang pada tekanan social baik yang nyata maupun yang dibayangkan.
Definisi Konformitas adalah :Sikap
patuh tetapi lebih kepada mengalah atau mengikuti tekanan dari kelompok perilaku
seseorang yang sama ( seragam ) dengan perilaku orang lain atau perilaku
kelompoknya. Jadi apabila seseorang menampilkan perilaku tertentu karena setiap
orang lain menampilkan perilaku tersebut dikatakan konformitas.
Sebab
konformitas menurut
morton deutch dan harold gerald ( 1995 ) :
a.
Informational influence
Bahwa
kelompok merupakan presentasi fakta atau pengetahuan tentang situasi. Kelompok
merupakan sumber informasi yang objektif.
b.
Normative
ü tekanan
untuk mengikuti kelompok
ü tekanan
sosial berasal dari norma norma kelompok, seperti loyalitas, solidaritas.
ü ingin mencapai seperti anggota kelompok
ü tidak
ingin kelihatan berbeda
c.
Self categorization ( Dominic abrams
& michael Hogg, 1990 ) : Usaha untuk memelihara konsep atau identitas diri
sebagai anggota kelompok.
Respon
non conformity, terdapat dua respon non conformity, yaitu :
a)
Independence : tingkah laku “tidak
responsif” terhadap kelompok, Tingkah laku bebas dari norma norma kelompok
b)
Anti conformity atau counterconformity :
Oposisi yang konsisten terhadap norma kelompok. Dilakukan anti konformis untuk
memelihara konsep diri mereka.
Perbedaan
individual dalam konformitas :
a) Non
conformist : Independent, efektif secara intelektual , egostrength kuat,
kepemimpinan dan hubungan social baik, tidak rendah diri, rigid, otoriter
b) Orang
yang conform : memiliki need for affiliation yang besar ( mc ghee & Trevan,
1967 )Mengandalkan kelompok sebagai sumber informasi mereka ( Champbel, 1986 )
B.
Nilai
suatu
konsep yang dikukuhi individu atau anggota suatu kelompok secara kolektif, mengenai
sesuatu yang diharapkan dan berpengaruh terhadap pemilihan cara maupun tujuan
tindakan dari beberapa alternative.
Nilai
tampak sebagai ciri individu dan masyarakat yang relative lebih stabil dan
karena itu berkaitan dengan sifat kepribadian dan pencirian budaya. Nilai biasa
dipertimbangkan sebagai hal yang lebih umum dalam karakter ketimbang sikap.
Pendekatan
yang digunakan untuk mengkaji nilai dalam psikologi adalah : pendekatan rokeach
(1973) dia mengembangkan 2 perangkat nilai yang disebut nilai terminal dan
nilai instrumental. Nilai terminal dibatasi sebagai keberadaan akhir eksistensi
yang diidamkan dan nilai instrumental dibatasi sebagai cara berprilaku yang
diidamkan, digunakan untuk mencapai keberadaan akhir.
Contoh
nilai terminal : kesamaan,kebebasan,kebahagian penyelamatan, dan penghargaan
kepada diri sendiri. Sedangkan nilai instrumental contohnya berbesar hati, jujur,
sopan dan bertanggung jawab.
C. Individualism dan kolektifisme
Subjek
dari budaya kolektifisme menggunakan kualitas ketimbang keadilan,tetapi hal ini
bukan kasus untuk subjek dari budaya yang lebih individualistic. Dan
kolektifistik menunjukkan perilaku
keadilan hanya kepada para anggota ”kelompok-dalam” sedangkan kepada “kelompok
– luar” perilaku mereka sama dengan subjek pada budaya-budaya individualistic.
Disisi
individualis kita menemukan masyarakat dimana hubungan antara individu yang
longgar,semua orang diharapkan untuk mengurus dirinya dan keluarga.
Misalnya
: jerman dapat dianggap sebagai
individualis dengan skor yang relative tinggi dibandingkan dengan Negara
seperti Guatemala, dimana mereka memiliki kolektivisme kuat.
Kolektivisme
adalah setiap, politik, ekonomi atau sosial pandangan filosofis yang menekankan
saling ketergantungan setiap manusia dalam beberapa kolektif kelompok dan
prioritas tujuan kelompok lebih dari tujuan individu. Korporatisme mengacu pada
bentuk kolektivisme bahwa pandangan keseluruhan sebagai lebih besar daripada
jumlah bagian-bagiannya masing-masing, dan memberikan prioritas kepada hak-hak
kelompok atas hak-hak individu.
Atribut
dari individualis dan kolektivis
·
Individualism dan individualis
Individualisme
adalah pola sosial yang menempatkan nilai tertinggi pada kepentingan individu.
Individualis melihat diri mereka sebagai independen dan hanya longgar terhubung
ke kelompok mana mereka merupakan bagiannya.
Ketika
menetapkan tingkat komitmen mereka kepada orang lain, individualis
menyeimbangkan keuntungan dan kerugian dari menumbuhkan dan mempertahankan
hubungan; tingkat komitmen pada umumnya sesuai dengan tingkat manfaat yang
dirasakan preferensi pribadi, kebutuhan, hak dan tujuan perhatian utama
individualis ', dan mereka cenderung untuk menempatkan nilai tinggi terhadap
kebebasan pribadi dan prestasi. Kemandirian dan daya saing adalah ciri-ciri
individualis umum
·
Kolektivisme dan kolektivis
Kolektivisme
adalah pola sosial yang menempatkan nilai tertinggi pada kepentingan kelompok.
Ketika tujuan pribadi bertentangan dengan norma-norma kelompok, kolektivis
cenderung sesuai dengan norma-norma kelompok.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
individualis dan kolektif Socialization.
Semua
anak-anak memulai kehidupan mereka dalam konteks kolektif, tergantung pada
orang tua mereka dan setiap orang dewasa lainnya yang belakang mereka. Semua
anak-anak memulai kehidupan mereka dalam konteks kolektif, tergantung pada orang
tua mereka dan setiap orang dewasa lainnya yang belakang mereka.
Dalam
masyarakat individualis, bagaimanapun, anak-anak sering didorong untuk
mengidentifikasi preferensi pribadi dan untuk mengejar tujuan pribadi dan
prestasi. Dalam masyarakat individualis, mengejar tujuan pribadi yang
bertentangan dengan norma-norma keluarga mungkin dapat diterima, bahkan
diharapkan.
D. Agresifitas dan altruisme
Altruisme
adalah perhatian terhadap kesejahteraan orang lain tanpa memperhatikan diri
sendiri. Perilaku ini merupakan kebajikan yang ada dalam banyak budaya dan
dianggap penting oleh beberapa agama. Gagasan ini sering digambarkan sebagai
aturan emas etika. Beberapa aliran filsafat, seperti Objektivisme berpendapat
bahwa altruisme adalah suatu keburukan. Altruisme adalah lawan dari sifat egois
yang mementingkan diri sendiri.
Altruisme
dapat dibedakan dengan perasaan loyalitas dan kewajiban. Altruisme memusatkan
perhatian pada motivasi untuk membantu orang lain dan keinginan untuk melakukan
kebaikan tanpa memperhatikan ganjaran, sementara kewajiban memusatkan perhatian
pada tuntutan moral dari individu tertentu, seperti Tuhan, raja, organisasi
khusus, seperti pemerintah, atau konsep abstrak, seperti patriotisme, dsb.
Tiga
teori yang dapat menjelaskan tentang motivasi seseorang melakukan tingkah laku
altruisme adalah
sebagai berikut :
1.Social
– exchange
Pada
teori ini, tindakan menolong dapat dijelaskan dengan adanya pertukaran sosial –
timbal balik (imbalan-reward). Altruisme menjelaskan bahwa imbalan-reward yang
memotivasi adalah inner-reward (distress). Contohnya adalah kepuasan untuk
menolong atau keadaan yang menyulitkan (rasa bersalah) untuk menolong.
2.Social
Norms
Alasan
menolong orang lain salah satunya karena didasari oleh ”sesuatu” yang
mengatakan pada kita untuk ”harus” menolong.”sesuatu” tersebut adalah norma
sosial. Pada altruisme, norma sosial tersebut dapat dijelaskan dengan adanya
social responsibility. Adanya tanggungjawab sosial, dapat menyebabkan seseorang
melakukan tindakan menolong karena dibutuhkan dan tanpa menharapkan imbalan
dimasa yang akan datang.
3.Evolutionary
Psychology
Pada
teori ini, dijelaskan bahwa pokok dari kehidupan adalah mempertahankan
keturunan. Tingkah laku altruisme dapat muncul (dengan mudah) apabila ”orang
lain” yang akan disejahterakan merupakan orang yang sama (satu karakteristik).
Contohnya: seseorang menolong orang yang sama persis dengan dirinya – keluarga,
tetangga, dan sebagainya.
Karakteristik
altruisme Karakteristik dari tingkah laku altruisme, antara lain adalah sebagai
berikut :
a) Emphaty,
altruisme akan terjadi dengan adanya empati dalamdiri seseorang. Seseorang yang
paling altruis merasa diri mereka bertanggungjawab, bersifat sosial, selalu
menyesuaikan diri, toleran, dapat mengontrol diri, dan termotivasi membuat
kesan yang baik.
b) Belief
on a just world, karakteristik dari tingkah laku altruisme adalah percaya pada
“a just world”, maksudnya adalah orang yang altruis percaya bahwa dunia adalah
tempat yang baik dan dapat diramalkan bahwa yang baik selalu mendapatkan ”hadiah”
dan yang buruk mendapatkan ”hukuman”. Dengan kepercayaan tersebut, seseorang
dapat denga mudah menunjukkan tingkah laku menolong (yang dapat dikategorikan
sebagai ”yang baik”).
c) Social
responsibility, setiap orang bertanggungjawab terhadap apapun yang dilakukan
oleh orang lain, sehingga ketika ada seseorang yang membutuhkan pertolongan,
orang tersebut harus menolongnya.
d) Internal LOC, karakteristik selanjutnya dari
orang yang altruis adalah mengontrol dirinya secara internal. Berbagai hal yang
dilakukannya dimotivasi oleh kontrol internal (misalnya kepuasan diri).
e) Low
egocentricm, seorang yang altruis memiliki keegoisan yang rendah. Dia
mementingkan kepentingan lain terlebih dahulu dibandingkan kepentingan dirinya.
merasa bertanggung jawab terhadap situasi yang ada disekitarnya.
2.
Hubungan Antar Budaya Perilaku Psikomotor
Pengembangan Pengalaman
Belajar Ranah Kognitif, Psikomotorik, dan Afektifantar
siswa dengan sumber belajar. Bentuk pengalaman
belajar di dalam kelas dapat berupa telaah buku,telaah Undang-Undang, telaah
hasil penelitian, mengadakan percobaan di laboratorium, mengukur tinggi
bendamenggunakan klinometer, kerja praktek di studio, dan sebagainya.
Pengalaman belajar diluar kelas dilakukandengan jalan mengunjungi objek studi
yang berada di luar kelas.
·
perilaku
kehidupan sehari-hari.Secara
konkrit, pengalaman belajar yang perlu dilakukan agar siswa mencapai berbagai
tindakan tingkatankompetensi afektif tersebut antara lain dengan mengamati dan
menirukan perilaku
contoh/model/panutan,mendatangi
objek studi yang dapat memupuk pertumbuhan nilai, berbuat atau berpartisipasi
aktif sesuai dengantuntunan nilai yang dipelajari, dan sebagainya.
·
psikomotor
Kompetensi kognitif
meliputimenghafal, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mensintesiskan, dan
menilai. Pengalaman belajar yang relevan dengan setiap tingkatan tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut :
Pengalaman belajar untuk
tingkat hafalan dapat berupa berlatih menghafal verbal atau parafrase di luar
kepala, berlatih menemukan taktikmenghafal misalnya menggunakan yang perlu
dihafal dapat berupa fakta, konsep, prinsip, dan prosedur.Pengalaman
belajar.Pengalaman belajar adalah kegiatan fisik maupun mental yang perlu
dilakukan oleh siswa dalam rangkamencapai kompetensi dasar dan materi
pelajaran. Berbagai alternatif pengalaman belajar dapat dipilih sesuaidengan
jenis kompetensi serta materi yang dipelajari.Pengalaman belajar dapat
dilakukan dengan baik di dalamkelas maupun di luar kelas.Pengalaman belajar di
dalam kelas dilaksanakan dengan jalan mengadakaninteraksi antara siswa dengan
sumber belajar. Bentuk pengalaman belajar di dalam kelas dapat berupa
telaahbuku, telaah Undang-Undang, telaah hasil penelitian, mengadakan percobaan
di laboratorium, mengukur tinggibenda menggunakan klinometer, kerja praktek di
studio, dan sebagainya.Pengalaman belajar diluar kelasdilakukan dengan jalan
mengunjungi objek studi yang berada di luar kelas.
Misalnya, mengamati jalannya
sidang perkara pidana di Pengadilan Negeri, mengamati cara pengambilan
keputusan di DPRD bagi siswa yang mempelajari PPKN melakukan observasi ragam
tumbuhan pantai dibandingkan dengan ragam tumbuhan dipegunungan bagi siswa yang
ingin mempelajari keanekaragaman mahluk hidup sesuai dengan karakteristik
habitatnya dalam mata pelajaran Biologi mengamati kecepatan abrasi pantai untuk
dapat memahami pengaruh ombak laut terhadap pantai dalam mata pelajaran
Geografi, dan sebagainya.Ditinjau dari dimensi kompetensiyang ingin dicapai,
pengalaman belajar siswa meliputi pengalaman belajar kognitif, psikomotorik dan
afektif.Kompetensi kognitif meliputi menghafal, memahami, mengaplikasikan,
menganalisis, mensintesiskan, dan menilai.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Dari Uraian diatas dapat
kami simpulkan bahwa manusia sebagai pencipta dan pengguna kebudayaan akan
terus berhadapan dengan problematika kebudayaan. Salah satu yang harus
diperhatikan yaitu bagaimana kita menyikapi perubahan dan perkembangan kebudayaan.
Kebudayaan akan terus mengalami perubahan selama manusia hidup dimuka bumi ini
karena kebudayaan bersifat dinamis. Dan yang terpenting dari itu semua adalah
bagaimana kita menyikapi dan memilah milah kebudayaan asing yang masuk dan
mengintervensi kebudayaan asli yang kita kita miliki.
B. SARAN
Makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan
saran dari pembaca. Semoga isi dari makalah ini bermanfaat bagi pembaca
khususnya mahasiswa jurusan bimbingan dan konseling.
DAFTAR PUSTAKA
Ihromi,
T.O., Pokok-pokok Antropologi Budaya, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1996.
Hersey,
Paul dan Kenneth H. Blanchard. 1995. Manajemen Perilaku Organisasi :
Pendayagunaan Sumber Daya Manusia. Terjemahan Agus Dharma. Jakarta. Erlangga
Triandis,
H.C. (1994). Culture and Social Behavior. New York : McGraw-Hill.
Komentar
Posting Komentar