KESEHATAN MENTAL DALAM KONSELING
MAKALAH
PSIKOLOGI KONSELING
Tentang
KESEHATAN MENTAL DALAM KONSELING
DISUSUN OLEH :
BK/012/E
KELOMPOK VII
MAIZA
SULASTRI (12060157)
NOVI ERISTA (12060164)
RAHMAH TUSA’DIAH (12060170)
SILVIA PUTRIENI (12060172)
SHINTA GOLVIA (12060175)
DI BIMBING OLEH :
Alfaiz.,S.Psi.I.,M.Pd
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT
PADANG
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Beberapa
tingkah laku masyarakat yang beraneka ragam mendorong para ahli Ilmu Psikologi
untuk menyelidiki apa penyebab perbedaan tingkah laku orang-orang dalam
kehidupan bermasyarakat. Selain itu, juga menyelidiki penyebab seseorang tidak
mampu memperoleh ketenangan dan kebahagiaan dalam kehidupannya. Usaha ini
kemudian melahirkan satu cabang termuda dari ilmu Psikologi, yaitu Kesehatan
mental (Mental Hygiene) (Yusak Burhanuddin, 1999: 10).
Kesehatan
mental, sebagai disiplin ilmu yang merupakan bagian dari psikologi agama, terus
berkembang dengan pesat. Hal ini tidak terlepas dari masyarakat yang selalu
membutuhkan solusi-solusi dari berbagai problema kehidupan. Kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi belum mampu memenuhi kebutuhan ruhani, bahkan
menambah permasalahan-permasalahan baru, seperti kecemasan dengan kemewahan
hidup. Akibat lain adalah rasionalitas teknologi lebih diutamakan sehingga
nilai kemanusiaan diabaikan. Demikian ungkap Sayyid Husain Nasr.
Pada
bagian lain, berbagai persoalan hidup yang melanda bangsa Indonesia, khususnya
yang berkaitan dengan krisis multi dimensi di berbagai pelosok nusantara. Belum
tuntas permasalahan ekonomi, muncul konflik berbau Sara, baru saja meredam
pertikaian tersebut, bangsa kita dilanda berbagai bencana, semakin memperbukuk
kondisi mental bangsa ini. Menurut Sururin persoalan kesehatan mental perlu
perhatian serius semenjak adanya asumsi bahwa 2% bangsa Indonesia terganggu
jiwanya.
Di samping
itu, adanya perhatian manusia yang besar terhadap kesejahteraan hidupnya, serta
adanya kesadaran masyarakat akan pentingnya dilakukan pembinaan kesejahteraan
hidup bersama ikut mempercepat perkembangan ilmu kesehatan mental.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apakah itu Kesehatan Mental (Hygiene Mental) itu?
2.
Apakah karakteristik dari Kesehatan Mental (Hygiene
Mental) itu??
3.
Apasaja faktor yang mempengaruhi Kesehatan Mental
(Hygiene Mental) ??
C.
Tujuan Penulisan
1.
Untuk mengetahui apakah itu Kesehatan Mental (Hygiene
Mental)
2.
Untuk mengetahui apasajakah karakteristik dari Kesehatan
Mental (Hygiene Mental)
3.
Untuk mengetahui faktor apasaja yang mempengaruhi
Kesehatan Mental (Hygiene Mental)
BAB II
PEMBAHASAN
KESEHATAN MENTAL (HYGIENE MENTAL) DALAM KONSELING
A.
Pengertian Kesehatan Mental
Secara
Etimologis dan Terminologis Secara etimologis, kata “mental” berasal dari kata
latin, yaitu “mens” atau “mentis” artinya roh, sukma, jiwa, atau nyawa. Di
dalam bahasa Yunani, kesehatan terkandung dalam kata hygiene, yang berarti ilmu
kesehatan. Maka kesehatan mental merupakan bagian dari hygiene mental (ilmu
kesehatan mental) (Yusak Burhanuddin, 1999: 9).
Menurut
Kartini Kartono dan Jenny Andary dalam Yusak (1999: 9-10), ilmu kesehatan
mental adalah ilmu yang mempelajari masalah kesehatan mental/jiwa, yang
bertujuan mencegah timbulnya gangguan/penyakit mental dan gangguan emosi, dan
berusaha mengurangi atau menyembuhkan penyakit mental, serta memajukan
kesehatan jiwa rakyat.
Sebagaimana
seorang dokter harus mengetahui faktor-faktor penyebab dan gejala-gejala
penyakit yang diderita pasiennya. Sehingga memudahkan dokter untuk mendeteksi
penyakit dan menentukan obat yang tepat. Definisi mereka berdua menunjukan
bahwa kondisi mental yang sakit pada masyarakat dapat disembuhkan apabila
mengetahui terlebih dulu hal-hal yang mempengaruhi kesehatan mental tersebut
melalui pendekatan hygiene mental.
Dalam
perjalanan sejarahnya, pengertian kesehatan mental mengalami perkembangan
sebagai berikut :
1. Kesehatan
mental adalah terhindarnya orang dari gejala-gejala gangguan jiwa (neurose) dan
dari gejala-gejala penyakit jiwa (psychose)
Berbagai kalangan psikiatri (kedokteran jiwa)
menyambut baik definisi ini. Seseorang dikatakan bermental sehat bila terhindar
dari gangguan atau penyakit jiwa, yaitu adanya perasaan cemas tanpa diketahui
sebabnya, malas, hilangnya kegairahan bekerja pada diri seseorang dan bila
gejala ini meningkat akan menyebabkan penyakit anxiety, neurasthenia dan hysteria. Adapun orang yang
sakit jiwa biasanya akan memiliki pandangan
berbeda dengan orang lain inilah yang dikenal dengan orang gila.
2. Kesehatan
mental adalah: kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan diri sendiri, dengan
orang lain dan masyarakat sera lingkungan tempat ia hidup.
Definisi ini lebih luas
dan bersifat umum karena berhubungan dengan kehidupan manusia pada
umumnya. Menurut definisi ini seseorang dikatakan bermental sehat bila dia
menguasai dirinya sehingga terhindar dari tekanan-tekanan perasaan atau hal-hal
yang menyebabkan frustasi. Orang yang mampu menyesuaikan diri akan merasakan
kebahagiaan dalam hidup karena tidak diliputi dengan perasaan-perasaan cemas,
gelisah, dan ketidakpuasan. Sebaliknya akan memiliki semangat yang tinggi dalam
menjalani hidupnya.
Untuk dapat menyesuaikan
diri dengan diri sendiri, harus lebih dahulu mengenal diri sendiri, menerima
apa adanya, bertindak sesuai kemampuan dan kekurangan. Ini bukan berarti
harus mengabaikan orang lain. Dalam definisi ini orang
yang sehat mentalnya ialah orang yang dapat menguasai segala faktor dalam
hidupnya, sehingga dapat menghindarkan diri dari tekanan-tekanan perasaan yang
menimbulkan frustasi.
3. Kesehatan
mental adalah pengetahuan dan perbuatan yang bertujuan untuk mengembangkan dan
memanfaatkan segala potensi, bakat dan pembawaan yang ada semaksimal mungkin,
sehingga membawa kepada kebahagiaan diri dan orang lain, serta terhindar dari
gangguan-gangguan dan penyakit jiwa.
Definisi ini lebih menekankan pada pengembangan
dan pemanfaatan segala daya dan pembawaan yang dibawa sejak lahir,
sehingga benar-benar membawa manfaat bagi orang lain dan dirinya sendiri. Dalam hal ini seseorang
harus mengembangkan dan memanfaatkan potensi yang dimilikinya dan jangan sampai
ada bakat yang tidak baik untuk tumbuh yang akan membawanya pada
ketidakbahagiaan hidup, kegelisahan, dan pertentangan batin. Seseorang yang
mengembangkan potensi yang ada untuk merugikan orang lain, mengurangi hak,
ataupun menyakitinya, tidak dapat dikatakan memiliki mental yang sehat. Karena
memanfaatkan potensi yang ada dalam dirinya untuk mengorbankan hak orang lain.
4. Kesehatan
mental adalah terwujudnya keharmonisan yang sungguh-sungguh antara
fungsi-fungsi jiwa, serta mempunyai kesanggupan untuk menghadapi
problem-problem yang biasa terjadi, dan merasakan secara positif
kebahagiaan dan kemampuan dirinya.
Seseorang dikatakan
memiliki mental sehat apabila terhindar dari gejala penyakit jiwa dengan
memanfaatkan potensi yang dimilikinya untuk menyelaraskan fungsi jiwa dalam
dirinya. Kecemasan dan kegelisahan dalam diri seseorang lenyap bila fungsi jiwa
di dalam dirinya seperti fikiran, perasaan, sikap, jiwa, pandangan, dan
keyakinan hidup berjalan seiring sehingga menyebabkan adanya keharmonisan dalam
dirinya. Keharmonisan antara fungsi jiwa dan tindakan
dapat dicapai antara lain dengan menjalankan ajaran agama dan berusaha
menerapkan norma-norma sosial, hukum, dan moral.
Dengan demikian akan
tercipta ketenangan batin yang menyebabkan timbulnya kebahagiaan di dalam
dirinya. Definisi ini menunjukkan bahwa fungsi-fungsi jiwa seperti fikiran,
perasaan, sikap, pandangan dan keyakinan, harus saling menunjang dan bekerja
sama sehingga menciptakan keharmonisan hidup, yang menjauhkan orang dari sifat
ragu- ragu dan bimbang, serta terhindar dari rasa gelisah dan konflik batin.
Dapatlah dikatakan bahwa kesehatan mental (mental hygiens) adalah terhindarnya seseorang dari gejala-gejala gangguan
dan penyakit jiwa, dapat menyesuaikan diri, dapat memanfaatkan segala potensi
dan bakat yang ada semaksimal mungkin dan membawanya pada kebahagiaan bersama,
serta tercapainya keharmonisan jiwa dalam hidup.
Dari
pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa orang yang sehat mentalnya
adalah orang yang terhindar dari gangguan dan penyakit jiwa, maupun
menyesuaikan diri, sanggup menghadapi masalah-masalah dan
kegoncangan-kegoncangan yang bias, adanya keserasian fungsi jiwa, dan merasa
bahwa dirinya berharga, berguna, dan berbahagia serta dapat menggunakan
potensi-potensi yang ada semaksimal mungkin (Sururin,2004: 144).
Seseorang
yang memiliki jiwa yang sehat apabila perasaan, pikiran, maupun fisiknya juga
sehat. Jiwa (mental) yang sehat keselarasan kondisi fisik dan psikis seseorang
akan terjaga. Ia tidak akan mengalami kegoncangan, kekacauan jiwa (stres),
frustasi, atau penyakit-penyakit kejiwaan lainnya. Dengan kata lain orang yang
memiliki kesehatan mental juga memiliki kecerdasan baik secara intelektual,
emosional, maupun spiritualnya.
B.
Karakterisitik
Mental yang Sehat
Seorang ahli bijak pernah berkata: ”Kesehatan
itu mahkota, tak bisa merasakannya kecuali orang sakit.” Nikmat sehat memang
menjadi sangat mahal. Apalah artinya bergelimang kekayaan, rumah mewah dengan
jabatan dan kekuasaan yang tinggi serta anak-anak yang tampan bila tidak
disertai nikmat kesehatan. Karena itulah, semua manusia berlomba untuk
mendapatkan nikmat sehat.
Di dalam
hadis-hadisnya, Rasulullah SAW menjelaskan kesehatan dan kestabilan jiwa
(mental) seseorang memiliki beberapa indikasi antara lain adanya rasa aman. Ini
disebutkan dalam sabdanya: ”Siapa yang menyongsong pagi hari dengan perasaan
aman terhadap lingkungan sekitar, kondisi tubuh yang sehat, serta adanya
persediaan makanan untuk hari itu, maka seakan-akan dia telah memperoleh
seluruh kenikmatan dunia.” (HR Tirmidzi).
Pada
umumnya pribadi yang normal memiliki mental yang sehat. Demikian sebaliknya,
bagi yang pribadinya abnormal cenderung memiliki mental yang tidak sehat (Yusak
Baharuddin, 1999: 13). Orang yang bermental sehat adalah mereka yang memiliki
ketenangan batin dan kesegaran jasmani. Untuk memahami jiwa yang sehat, dapat
diketahui dari beberapa ciri seseorang yang memiliki mental yang sehat.
Dari
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 1959 memberikan batasan mental yang
sehat adalah sebagai berikut :
1.
Dapat menyesuaikan
diri secara konstuktif pada kenyataan meskipun kenyataan itu buruk banginya
2.
Memperoleh kepuasan dari hasil jerih payah usahanya
3.
Merasa lebih puas memberi dari pada menerima
4.
Secara relatif bebas dari rasa tegang dan cemas
5.
Berhubungan dengan orang lain secara tolong-menolong dan
saling memuaskan
6.
Menerima kekecewaan untuk dipakainya sebagai pelajaran
dikemudian hari
7.
Menjuruskan rasa permusuhan kepada penyelesaian yang kreatif
dan konstruktif
8.
Mempunyai rasa kasih sayang yang besar
Kriteria
tersebut disempurnakan dengan menambahkan satu elemen spiritual (agama).
Sehingga kesehatan mental ini bukan sehat dari segi fisik, psikologik, dan
sosial saja, melainkan juga sehat dalam arti spiritual. Dan tidak kalah
pentingnya adalah mengetahui sekaligus memahami prinsip-prinsip dari kesehatan
mental itu. Prinsip-prinsip tersebut adalah:
1.
Gambaran dan sikap yang baik terhadap diri sendiri (self
image)
Prinsip ini dapat dicapai dengan penerimaan diri, keyakinan
diri dan kepercayaan pada diri sendiri. Citra diri positif akan mewarnai pola
hidup, sikap, cara pikir dan corak penghayatan, serta ragam perbuatan yang
positif pula
2.
Keterpaduan antara Integrasi Diri
Adanya keseimbangan antara kekuatan-kekuatan jiwa dalam
diri, kesatuan pandangan (falsafah) dalam hidup dan kesanggupan mengatasi stres
(Sururin,2004: 146)
3.
Perwujudan Diri (aktualisasi diri)
Inilah proses pematangan diri, menurut Reiff orang yang sehat
mentalnya adalah orang yang mampu mengaktualisasikan diri atau mampu mewujudkan
potensi yang dimilikinya, serta memenuhi kebutuhan-kebutuhannya dengan cara
yang baik dan memuaskan
4.
Mau menerima orang lain
Mampu melakukan aktifitas sosial dan menyesuaikan diri
dengan lingkungan tempat tinggal
5.
Berminat dalam tugas dan pekerjaan
Suka pada pekerjaan tertentu walaupun berat maka akan mudah
dilakukan dibandingkan dengan pekerjaan yang kurang diminati
6.
Agama, cita-cita, dan falsafah hidup
Demi menggapai ketenangan dan kebahagiaan dalam kehidupan
7.
Pengawasan diri
Hal ini dapat dilakukan terhadap keinginan-keinginan dari
ego yang bersifat biologis murni. Sehingga dapat dikendalikan secara sehat dan
terarah
8.
Rasa benar dan tanggung jawab
Ini penting bagi tingkah laku. Dengan demikian muncul rasa percaya
diri dan bertanggung jawab penuh atas segala tindakan sehingga tidak menutup
kemungkinan kesuksesan diri akan diraih.
Sedangkan karakteristik Mental Yang Sehat menurut Zakiyah
Daradjat (1975) adalah sebagai berikut :
1.
Terhindar dari Gangguan Jiwa
Zakiyah
Daradjat (1975) mengemukakan perbedaan antara gangguan jiwa (neurose) dengan
penyakit jiwa (psikose), yaitu:
a.
Neurose masih mengetahui dan merasakan kesukarannya,
sebaliknya yang kena psikose tidak.
b.
Neurose kepribadiannya tidak jauh dari realitas dan masih
hidup dalam alam kenyataan pada umumnya. Sedangkan yang kena psikose
kepribadiaannya dari segala segi (tanggapan, perasaan/emosi, dan
dorongan-dorongan) sangat terganggu, tidak ada integritas, dan ia hidup jauh
dari alam kenyataan.
2. Dapat
menyesuaikan diri
Penyesuaian diri (self adjustment)
merupakan proses untuk memperoleh/ memenuhi kebutuhan (needs
satisfaction), dan mengatasi stres, konflik, frustasi, serta
masalah-masalah tertentu dengan cara-cara tertentu. Seseorang dapat dikatakan
memiliki penyesuaian diri yang normal apabila dia mampu memenuhi kebutuhan dan
mengatasi masalahnya secara wajar, tidak merugikan diri sendiri dan
lingkungannya, serta sesuai denagn norma agama.
3. Memanfaatkan
potensi semaksimal mungkin
Individu yang sehat mentalnya adalah
yang mampu memanfaatkan potensi yang dimilikinya, dalam kegiatan-kegiatan yang
positif dan konstruktif bagi pengembangan kualitas dirinya. pemanfaatan itu
seperti dalam kegiatan-kegiatan belajar (dirumah, sekolah atau dilingkungan
masyarakat), bekerja, berorganisasi, pengembangan hobi, dan berolahraga.
4. Tercapai
kebahagiaan pribadi dan orang lain
Orang yang sehat mentalnya
menampilkan perilaku atau respon-responnya terhadap situasi dalam memenuhi kebutuhannya,
memberikan dampak yang positif bagi dirinya dan atau orang lain. Dia mempunyai
prinsip bahwa tidak mengorbankan hak orang lain demi kepentingan dirnya sendiri
di atas kerugian orang lain. Segala aktivitasnya di tujukan untuk mencapai
kebahagiaan bersama.
Adapun gangguan mental yang
dijelaskan oleh (A. Scott, 1961) meliputi beberapa hal :
1. Salah dalam
penyesuaian sosial, orang yang mengalami gangguan mental perilakunya
bertentangan dengan kelompok dimana dia ada.
2. Ketidak
bahagiaan secara subyektif
3. Kegagalan
beradaptasi dengan lingkungan
4. Sebagian
penderita gangguan mental menerima pengobatan psikiatris dirumah sakit, namun
ada sebagian yang tidak mendapat pengobatan tersebut
Karakteristik pribadi yang sehat
mentalnya juga dijelaskan pada tabel sebagai berikut (Syamsu Yusuf LN ; 1987).
ASPEK PRIBADI
|
KARAKTERISTIK
|
Fisik
|
ü Perkembangannya normal.
ü Berfungsi untuk melakukan
tugas-tugasnya.
ü Sehat, tidak sakit-sakitan.
|
Psikis
|
ü Respek terhadap diri sendiri dan
orang lain.
ü Memiliki Insight dan rasa humor.
ü Memiliki respons emosional yang
wajar.
ü Mampu berpikir realistik dan
objektif.
ü Terhindar dari gangguan-gangguan
psikologis.
ü Bersifat kreatif dan inovatif.
ü Bersifat terbuka dan fleksibel,
tidak difensif.
ü Memiliki perasaan bebas untuk
memilih, menyatakan pendapat dan bertindak.
|
Sosial
|
ü Memiliki perasaan empati dan rasa
kasih sayang (affection) terhadap orang lain, serta senang untuk memberikan
pertolongan kepada orang-orang yang memerlukan pertolongan (sikap alturis).
ü Mampu berhubungan dengan orang
lain secara sehat, penuh cinta kasih dan persahabatan.
ü Bersifat toleran dan mau menerima
tanpa memandang kelas sosial, tingkat pendidikan, politik, agama, suku, ras,
atau warna kulit.
|
Moral-Religius
|
ü Beriman kepada Allah, dan taat
mengamalkan ajaran-Nya.
ü Jujur, amanah (bertanggung jawab),
dan ikhlas dalam beramal.
|
Uraian diatas, menunjukan ciri-ciri
mental yang sehat, sedangkan yang tidak sehat cirinya sebagai berikut :
- Perasaan tidak nyaman
(inadequacy)
- Perasaan tidak aman
(insecurity)
- Kurang memiliki rasa percaya
diri (self-confidence)
- Kurang memahami diri
(self-understanding)
- Kurang mendapat kepuasan dalam
berhubungan sosial
- Ketidakmatangan emosi
- Kepribadiannya terganggu
- Mengalami patologi dalam
struktur sistem syaraf (thorpe, dalam schneiders, 1964;61).
Al-Ghazali, Ibnu Qayyim dan Najati
berpendapat bahwa individu yang sehat mentalnya adalah individu yang mempunyai
qalbun salim (hati bersih) yang mampu mewujudkan keharmonisan antara
fungsi-fungsi jasmani dan rohani, mampu memenuhi kebutuhan keduanya dan
menselaraskan dengan batasaan-batasan sesuai perintah Allah.
C.
Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Dan Ciri-Ciri Mental Sehat
1.
Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Mental Sehat
a.
Internal
1)
Faktor internal adalah
yang berasal dari dalam diri seseorang, misalnya sifat pemarah, halus, talenta
dibidang kesenian, dan sebagainya.
2)
Faktor keturunan juga
cenderung memegang peran terhadap mental seseorang, misalnya intelektualitas,
emosi dan potensi. Contoh intelektualitas: mampu menyelesaikan masalah dengan
bijak.
b.
Eksternal
Yang dimaksud dengan faktor eksternal adalah
faktor-faktor yang ada di luar diri manusia dan dapat mempengaruhi mental (cara
berfikir dan cara berperasaan berdasarkan hati nuraninya). Misalnya pendidikan
agama (keyakinan), status sosial, hukum, budaya, dan sistem pemerintahan.
Lingkungan keluarga, masyarakat dan pekerjaan juga dapat mempengaruhi kesehatan
mental baik secara positif maupun negatif.
Contoh positif : jika dalam keluarga terbiasa
hidup teratur, maka dalam bekerja sehari-hari juga akan cenderung disiplin.
Sebaliknya kebiasaan berbohong di rumah dapat mengarah ke perbuatan korupsi di
kantor.
2.
Ciri-ciri Mental Sehat
Menurut pemahaman dari pakar agama, orang yang
bermental sehat adalah mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a.
Jujur (sidik), yaitu
orang yang setia, ikhlas, bertanggungjawab, terbuka dan tulus.
b.
Terpercaya (amanah),
yaitu orang yang dapat dipercaya baik dalam bersikap, berbicara maupun dalam
berbuat, jadi tidak munafik.
c.
Adil yaitu orang yang
bisa melihat dan menempatkan permasalahan secara proporsional, obyektif, tidak
pilih kasih.
d.
Konsisten (istiqomah),
yaitu orang yang taat azas, berprinsip, sehingga tidak mudah terombang-ambing
oleh lingkungan.
e.
Dapat bekerja sama,
yaitu orang yang dengan mudah dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Setelah dipaparkan beberapa
pengertian seputar kesehatan mental, dapat diketahui bersama bahwa sebenarnya
kesehatan mental selain sebagai salah satu cabang ilmu Psikologi termuda, juga
berfungsi sebagai alat solusi dari beragam permasalahan kesehatan kejiwaan pada
masyarakat. Melalui pendekatan Mental Hygiene inilah penyakit jiwa (mental)
dapat terdeteksi dan ada harapan untuk disembuhkan.
Sedangkan
menurut definisi umum, kesehatan mental adalah kondisi kejiwaan manusia yang
harmonis yang memungkinkan perkembangan fisik, mental dan intelektual yang
optimal dari seseorang serta perkembangan tersebut berjalan selaras dengan
orang lain. Kesehatan jiwa juga merupakan perasaan sehat dan berbahagia mampu
mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagaimana adanya dan
mempunyai sikap positip terhadp diri sendiri dan orang lain.
Ciri-ciri
sehat jiwa yakni menyadari sepenuhnya kemampuan dirinya, mampu menghadapi
stress kehidupan yang wajar, dapat berperan serta dalam lingkungan hidupnya,
menerima baik yang ada pada dirinya dan mampu bekerja produktif dan memenuhi
kebutuhan hidupnya serta merasa nyaman bersama orang lain.
B.
Saran
Sebagai calon seorang konselor masa depan, hendaklah para
caln konselor mengetahui apasajakah yang dimaksud dengan mental yang sehat dan
seorang calon konselor masa depan juga harus memiliki mental yang sehat agar
pada saat melakukan proses konseling memang bisa melakukan proses konseling
secara efektif. Dan dengan seorang konselor mengetahui karakterisitik dari
mental yang sehat, maka akan memudahkan konselor dalam memahami bagaimana
kondisi jiwa dan mental si klien nya.
Mirisnya isu kesehatan mental masih melekat stigma negatif bagi kebanyakan masyarakat Indonesia, jadi bagi yang mengalami penyakit mental merasa minder saat mau menggunakan layanan kesehatan mental. Tapi katanya dengan membaca artikel psikoedukasi secara intensif mampu menurunkan stigma sosial dan pribadi yang disematkan pada pengguna layanan kesehatan mental secara signifikan. Ini penelitiannya.
BalasHapus