VALIDITAS DAN RELIABILITAS INSTRUMEN
VALIDITAS DAN RELIABILITAS INSTRUMEN
MAKALAH
SEBAGAI SYARAT PEMENUHAN
MATAKULIAH
METODOLOGI PENELITIAN I
![]() |
OLEH:
KELOMPOK VII
SESI 2012 E
RETNO LIMARNIS (12060154)
YOLLA MASDA RILFANI (12060156)
NOVI ERISTA (12060164)
DOSEN PEMBIMBING:
Bpk. Dr. Asmawi, M.S.
PROGRAM
STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
SEKOLAH
TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP)
PGRI SUMATERA BARAT
PADANG
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Validitas dan reliabilitas instrumen
perlu dibedakan antara hasil penelitian yang valid dan reliable dengan
instrument yang valid dan reliabel. Hasil penelitian yang valid bila terdapat
kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada
objek yang diteliti. Kalau ada objek berwarna merah sementara data yang
terkumpul memberikan data berwarna putih maka hasil penelitian tidak valid.
Selanjutnya hasil penelitian yang reliable, bila terdapat kesamaan data dalam
waktu yang berbeda. Jika dalam objek kemarin berwarna merah, maka sekarang dan
besok tetap berwarna merah.
Instrument yang valid berarti alat
ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti
instrument tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.
Meteran yang valid dapat digunakan untuk mengukur panjang dengan teliti, karena
meteran memang alat untuk mengukur panjang. Meteran tersebut menjadi tidak
valid jika digunakan untuk mengukur berat. Instrumen yang reliabel adalah
instrument yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama
akan menghasilkan data yang sama. Alat ukur panjang dari karet adalah contoh
instrument yang tidak reliable/konsisten.
Dengan menggunakan instrument yang
valid dan reliabel dalam pengumpulan data, maka diharapkan hasil penelitian
akan menjadi valid dan reliable. Jadi instrumen yang valid dan reliable
merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid dan
reliabel. Hal ini tidak berarti bahwa dengan menggunakan instrument yang telah
teruji validitas dan reliabilitasnya, otomatis hasil penelitian menjadi valid
dan reliabel. Hal ini masih akan dipengaruhi oleh kondisi objek yang diteliti,
dan kemampuan orang yang menggunakan instrument penelitian untuk mengumpulkan
data.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan validitas instrumen ?
2.
Apa saja jenis-jenis dari validitas instrumen itu ?
3.
Apakah yang dimaksud dengan reliabilitas instrumen ?
4.
Apa saja yang termasuk dalam reliabilitas instrumen ?
C. Tujuan Penulisan
Untuk memenuhi tugas dari matakulian
Metode Penelitian I tentang “Validitas dan Reliabilitas Instrumen” dan untuk
menambah wawasan mengenai validitas dan reliabilitas instrumen itu sendiri.
D. Manfaat Penulisan
1. Untuk
mengetahui apa yang dimaksud dengan validitas instrumen
2. Untuk
mengetahui jenis-jenis validitas instrumen
3. Untuk
mengetahui apa yang dimaksud dengan reliabilitas instrumen
4. Untuk
mengetahui jenis dari reliabilitas instrumen itu
BAB II
PEMBAHASAN
A. Validitas Instrumen
Instrumen dikatakan valid apabila
instrumen tersebut dapat dengan tepat mengukur apa yang hendak diukur. Dengan
kata lain validitas berkaitan dengan “ketepatan” alat ukur. Dengan instrumen
yang valid akan menghasilkan data yang valid pula. Atau dapat juga dikatakan
bahwa jika data yang dihasilkan dari sebuah instrumen valid, maka instrumen
tersebut juga valid.
Istilah “valid” sangat sukar dicari
penggantinya. Ada yang mengganti istilah valid dengan “sahih”, sehingga
validitas diganti menjadi kesahihan. Ada pula yang menerjemahkan istilah valid
dengan kata “tepat”, walaupun istilah “tepat” belum dapat mencakup semua arti
yang tersirat dalam kata valid. Sehingga validitas diganti dengan dengan
ketepatan. Istilah lain dari valid adalah “cermat” dan kemudian diterjemahkan
dengan istilah “kecermatan”.
Sebagai contoh apabila kita ingin
mengetahui berat sebuah cincin emas, maka kita harus menggunakan timbangan emas
agar hasil ukur itu dikatakan valid. Sebuah timbangan beras memang mengukur
“berat”, tetapi tidak cukup cermat guna mengukur berat emas. Karena itu
timbangan beras tidak valid guna mengukur emas.
Demikian pula kita ingin menghitung
waktu tempuh yang kita perlukan dari suatu kota ke kota lainnya dengan
mengendarai mobil, sebuah jam tangan biasanya valid untuk digunakan. Tetapi jam
tangan yang sama tidak cukup valid guna mengukur waktu yang diperlukan seeorang
atlet pelari sprint dalam menempuk jarak 100 meter, karena kita memerlukan unit
waktu terkecil sampai pada pecahan detik.
Validitas instrumen secara garis
besar dapat dibedakan menjadi validitas internal dan validitas eksternal.
1.
Validitas Internal
Validitas internal ada yang menyebut
juga dengan validitas logis (logical validity). Istilah validitas logis
mengandung kata “logis” berasal dari kata logika yang berarti penalaran atau
rasional. Dengan makna demikian maka validitas logis untuk sebuah instrumen
menunjuk pada kondisi sebuah instrumen yang memenuhi syarat valid berdasarkan
hasil penalaran atau rasional. Instrumen yang mempunyai validitas internal atau
rasional telah mencerminkan apa yang diukur. Jadi kriteria validitas instrumen
ada di dalam instrumen itu sendiri.
Validitas internal ini dibedakan
menjadi dua, yaitu validitas dan validitas konstruk.
a.
Validitas Konstruksi (Construct Validity)
Validitas konstruk mengacu pada
sejauh mana suatu instrumen mengukur konsep dari suatu teori, yaitu menjadi
dasar penyusunan instrumen. Definisi atau konsep yang diukur berasal dari teori
yang digunakan. Oleh karena itu harus ada pembahasan mengenai teori tentang
variabel yang akan diukur yang menjadi dasar penentuan konstruk suatu
instrumen.
Berdasarkan teori tentang variabel
tersebut kemudian dirumuskan definisi konseptual dan definisi operasional dan
selanjutnya ditentukan indikator yang akan diukur. Dari indikator tersebut
kemudian dijabarkan menjadi butir-butir instrumen, baik dalam bentuk pertanyaan
maupun penryataan.
Tanpa ada keterkaitan antara butir
instrumen dengan indikator, definisi operasional dan konsep teori tentang
variabel yang diukur maka instrumen tersebut dikatakan tidak valid secara
konstruk dan tidak bisa digunakan untuk mengukur variabel yang diteliti karena
data tidak menggambarkan dan mewakili variabel yang diteliti.
b.
Pengujian Validitas Isi (Content Validity)
Untuk instrumen yang berbentuk tes,
pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi
instrumen dengan materi pelajaran yang telah diajarkan. Seorang dosen yang
memberi ujian di luar pelajaran yang telah ditetapkan, berarti instrumen ujian
tersebut tidak memunyai validitas isi. Untuk instrumen yang akan mengukur
efektivitas pelaksanaan program, maka pengujian validitas isi dapat dilakukan
dengan membandingkan antara isi instrumen dengan isi atau rancangan yang telah
ditetapkan.
Secara teknis pengujian validitas
konstruksi dan validitas isi dapat dibantu dengan menggunakan kisi-kisi
instrumen atau matrik pengembangan instrumen. Dalam kisi-kisi itu terdapat
variabel yang diteliti, indikator sebagai tolak ukur dan nomor butir (item)
pertanyaan atau pernyataan yang telah dijabarkan dari indicator. Dengan
kisi-kisi intrumen itu maka pengujian validitas dapat dilakukan dengan mudah
dan sistematis.
Pada setiap instrumen baik tes
maupun nontes terdapat butir-butir (item) pertanyaan atau penyataan. Untuk
menguji validitas butir-butir instrumen lebih lanjut, maka setelah
dikonsultasikan dengan ahli, selanjutnya diujicobakan, dan dianalisis dengan
analisis item atau uji beda. Analisis item dilakukan dengan menghitung korelasi
antara skor butir instrumen dengan skor total dan uji beda dilakukan dengan
menguji signifikansi perbedaan antara 27% skor kelompok atas dan 27% skor
kelompok bawah.
2.
Validitas Eksternal
Validitas
eksternal ada menyebut dengan validitas empiris. Kalau validitas internal
didasarkan pada kriteria yang ada pada instrumen tersebut, maka pada validitas
eksternal, kriteria validitas didasarkan pada kriteria yang ada di luar
instrumen yaitu berdasarkan fakta empiris atau pengalaman. Kriteria yang
digunakan sebagai pembanding instrumen ada dua, yaitu yang sudah tersedia dan
belum tersedia akan tetapi terjadi di waktu yang akan datang.
Bagi
instrumen yang sesuai dengan kriteria yang sudah tersedia atau sudah ada lebih
dikenal dengan validitas “kesejajaran”, sedangkan instrumen yang sesuai dengan
kriteria yang diramalkan akan terjadi dan dikenal dengan validitas ramalan atau
validitas prediksi. Validitas eksternal instrumen diuji dengan cara
membandingkan (untuk mencari kesamaan) antara criteria yang ada pada instrumen
dengan faka-fakta empiris yang terjadi di lapangan.
Misalnya,
instrumen untuk mengukur kinerja sekelompok pegawai, maka kriteria kinerja pada
instrumen itu dibandingkan dengan catatan-catatan di lapangan (empiris) tentang
kinerja pegawai yang baik. Bila terdapat kesamaan antara kriteria dalam
instrumen dengan fakta di lapangan, maka dapat dinyatakan instrumen tersebut
memunyai validitas eksternal yang tinggi.
Instrumen
penelitian yang mempunyai validitas eksternal yang tinggi akan mengakibatkan
hasil penelitian mempunyai validitas eksternal yang tinggi pula. Penelitian
memunyai validitas eksternal bila hasil penelitian dapat digeneralisasikan atau
diterapkan pada sampel lain dalam populasi yang diteliti. Untuk meningkatkan
validitas eksternal instrumen, maka dapat dilakukan dengan memperbesar jumlah
sampel.
a.
Validitas Kesejajaran
Sebuah instrumen dikatakan memiliki
validitas kesejajaran apabila hasilnya sesuai dengan kriteria yang sudah ada,
dalam arti memiliki kesejajaran dengan kriteria yang sudah ada. Kriteria yang
sudah ada dapat berupa instrumen lain yang mengukur hal yang sama tetapi sudah
diakui validitasnya misalnya dengan tes terstandar, namun kriteria dapat juga
dengan catatan-catatan di lapangan.
Misalnya instrumen untuk mengukur
kinerja kelompok pegawai maka kriteria kinerja pada instrumen itu dibandingkan
dengan catatan-catatan di lapangan (empiris) tentang kinerja pegawai yang baik.
Validitas kesejajaran dapat digunakan untuk menguji validitas instrumen baik
berbentuk tes maupun nontes.
b.
Validitas Prediksi
Memprediksi artinya
memperkirakan/meramal mengenai hal yang akan terjadi pada masa yang akan
datang, jadi sekarang belumlah terjadi. Sebuah instrumen dikatakan memiliki
validitas prediksi atau validitas ramalan apabila mempunyai kemampuan untuk
meramalkkkan apa yang akan terjadi di masa yang akan datang mengenai hal yang
sama. Validitas prediktif ini biasanya digunakan untuk menguji validitas
instrumen berbentuk tes.
Validitas prediktif diperoleh
apabila pengambilan skor kriteria tidak bersamaan dengan pengambilan skor tes.
Setelah subjek dikenai tes yang akan dicari validitas prediktifnya, lalu
diberikan tenggang waktu tertentu sebelum skor kriteria diambil dari subjek
yang sama.
Misalnya, tes masuk perguruan tinggi
adalah sebuah tes yang diperkirakan mampu meramalkan keberhasilan peserta tes
dalam mengikuti kuliah di masa yang akan datang. Calon yang tersaring
berdasarkan hasil tes diharapkan mencerminkan tinggi rendahnya kemampuan
mengikuti kuliah. Jika nilai tesnya tinggi tentu menjamin keberhasilan kelak.
Sebaliknya, seorang calon dikatakan tidak lulus tes karena memiliki nilai tes
rendah sehingga diperkirakan akan tidak mampu mengikuti perkuliahan yang akan
datang.
Sebagai alat pembanding validitas
prediksi adalah nilai-nilai yang diperoleh setelah peserta tes mengikuti
perkuliahan di perguruan tinggi. Jika ternyata siapa memiliki nilai tes lebih
tinggi gagal dalam ujian semester I dibandingkan dengan yang dahulu nilai
tesnya rendah maka tes masuk yang dimaksud tidak memiliki validitas prediksi.
Dengan demikian untuk melihat
tingkat validitas prediktif ini skor tes masuk perguruan tinggi dikorelasikan
dengan skor hasil ujian semester. Prosedur validasi prediktif memerlukan waktu
yang lama dan biaya yang besar karena prosedur ini pada dasarnya bukan
pekerjaan yang dianggap selesai setelah sekali melakukan analisis, melainkan
berlangsung terus menerus dalam pengembangan tes sebagai predictor yang baik.
B. Reliabilitas Instrumen
Kata reliabilitas dalam bahasa
Indonesia diambil dari kata reliable dalam bahasa Inggris yang memiliki
arti dapat dipercaya. Instrumen tes dikatakan dapat dipercaya jika memberikan
hasil yang tetap atau ajeg apabila diteskan berkali-kali. Jika kepada siswa
diberikan tes yang sama pada waktu yang berlainan, maka setiap siswa akan tetap
berada dalam urutan (ranking) yang sama atau ajeg dalam kelompoknya.
Ajeg atau tetap tidak selalu harus
sama skornya, skor dapat berubah tetapi mengikuti perubahan secara ajeg. Jika
keadaan A mula-mula berada lebih rendah dibandingkan dengan B, maka jika
diadakan pengukuran ulang, si A tetap berada lebih rendah dari B. itulah yang
dikatakan ajeg atau tetap, yaitu tetap dalam kedudukan siswa di antara anggota
kelompok yang lain. Jika dihubungkan dengan validitas maka validitas
berhubungan dengan ketepatan sedangkan reliabilitas berhubungan dengan
keajegan.
Berdasarkan beragam makna tersebut,
dalam bidang pengukuran ada aneka ragam istilah untuk menunjuka pada istilah
reliabilitas, yaitu di antaranya ada yang menggunakan istilah konsistensi,
keajegan, ketetapan, kestabilan, dan keandalan. Instrumen yang reliabel belum
tentu valid.
Mistar yang putus di bagian
ujungnya, bila digunakan berkali-kali akan menghasilkan data yang sama
(reliabel) tetapi selalu tidak valid. Hal ini disebabkan karena mistar tersebut
rusak. Reliabiitas instrumen merupakan syarat untuk pengujian validitas
instrumen. Oleh karena itu walaupun instrumen yang valid pada umumnya reliabel,
tetapi pengujian reliabilitas instrumen perlu dilakukan.
Pengujian reliabilitas instrumen
dapat dilakukan secara eksternal maupun internal. Secara eksternal pengujian
dapat dilakukan dengan test-retest (stability), equivalent, dan gabungan
keduanya. Secara internal reliabilitas instrumen dapat diuji dengan
menganalisis konsistensi butir-butir yang ada pada instrumen dengan teknik
tertentu.
1.
Test-retest
Metode ini dilakukan untuk
menghindari penyusunan instrumen dua kali. Dengan menggunakan metode ini, kita
hanya menyusun satu perangkat instrumen. Instrumen tersebut diujicobakan pada
sekelompok responden, kemudian hasilnya dicatat.
Pada kesempatan lain instrumen
tersebut diberikan pada kelompok responden yang semua untuk diujicobakan
kembali, dan hasil yang kedua juga dicatat. Kemudian kedua hasil tersebut
dikorelasikan. Perhitungan dan penafsiran hasil korelasi menggunakan aturan
yang sama dengan metode parallel (ekuivalen).
Untuk tes yang banyak mengungkap
pengetahuan (ingatan) dan pemahaman, metode ini kurang mengena karena responden
masih ingat akan butir-butir soalnya. Oleh karena itu, tenggang waktu antara
tes pertama dan tes kedua menjadi permasalahan sendiri. Jika tenggang waktu
terlalu dekat, siswa masih banyak yang ingat materi.
Sebaliknya, apabila tenggang waktu
terlalu lama, maka faktor-faktor ini akan berpengaruh terhadap reliabilitas.
Pada umumnya hasil tes yang kedua cenderung lebih baik daripada tes pertama. Hal
ini dimungkinkan karena adanya carry over effect. Metode ini pada umumnya juga
untuk menguji reliabilitas bentuk tes.
Instrumen penelitian yang
reliabilitasnya diuji dengan test-retest dilakukan dengan cara mencobakan
instrumen beberapa kali pada responden. Jadi, dalam hal ini instrumennya sama,
respondennya sama, dan waktunya yang berbeda. Reliabilitas diukur dari
koefisien korelasi antara percobaan pertama dengan yang berikutnya. Bila
koefisien positif dan signifikan maka instrumen tersebut sudah dinyatakan
reliabel. Pengujian cara ini sering juga disebut stability.
2.
Ekuivalen
Instrumen ekuivalen adalah dua buah
instrumen yang memunyai kesamaan tujuan, tingkat kesulitan, dan susunan, tetapi
butir pertanyaan/pernytaannya berbeda. Sebagai contoh penggunaan metode ini,
dua buah tes yang parallel, misalnya tes Bahasa Inggris Seri A yang akan dicari
reliabilitasnya dan Seri B diujikan pada sekelompok siswa yang sama, kemudian
hasilnya dikorelasikan. Koefisien korelasi dari kedua hasil tes inilah yang
menunjukkan koefisien reliabilitas tes Seri A.
Untuk menentukan apakah instrumen
tersebut reliabel atau tidak, koefisien korelasi hasil perhitungan atau r
hitung (rh) dikonsultasikan dengan r table dalam table korelasi product moment.
Apabila r hitung lebih besar atau sama dengan r table (rh≥rt) diartikan ada
korelasi yang signifikan, instrumen dianggap reliabel. Sebaliknya apa bila r
hitung lebih kecil dari r table (rh<rt) diartikan tidak ada korelasi yang
signifikan. Kesimpulan instrumen dianggap tidak reliabel.
Instrumen yang ekuivalen adalah
pertanyaan yang secara bahasa berbeda tetapi maknanya sama. Sebagai contoh:
Berapa tahun pengalaman kerja Anda di lembaga ini? Pertanyaan tersebut dapat
ekuivalen dengan pertanyaan berikut. Tahun berapa Anda mulai bekerja di lembaga
ini?
3.
Gabungan
Pengujian reliabilitas ini dilakukan
dengan cara mencobakan dua instrumen yang ekuivalen itu beberapa kali ke
responden yang sama. Jadi, cara ini merupakan gabungan pertama dan kedua.
Reliabilitas instrumen dilakukan dengan mengorelasikan dua instrumen, setelah
itu dikorelasikan pada pengujian kedua dan selanjutnya dikorelasikan secara
silang.
Jika dengan dua kali pengujian dalam
waktu berbeda, akan dapat dianalisis enam koefisien reliabilitas. Bila keenam
koefisien korelasi itu semuanya positif dan signifikan, maka dapat dinyatakan
bahwa instrumen tersebut reliabel.
4.
Interenal Consistency
Pengujian
reliabilitas dengan internal consistency dilakukan dengan cara mencobakan
instrumen sekali saja, kemudian data yang diperoleh dianalisis dengan teknik
tertentu. Hasil analisis dapat digunakan untuk memprediksi reliabilitas
instrumen. Pengujian instrumen dapat dilakukan dengan teknik belah dua dari
Spearman Brown (Split Half), KR 20, KR 21 dan Anova Hoyt.
a.
Split-Half Procedure
Dalam prosedur ini penskoran
dilakukan separuh-separuh (item ganjil dan item genap) dari suatu tes secara
terpisah untuk setiap individu, dan kemudian dihitung koefisien korelasi antara
dua perangkat skor tersebut. Koefisien reliabilitas dapat
dihitung dengan rumus Spearman-Brown, yang disederhanakan sebagai berikut:
Reliabilitas skor tes total= Jadi
bila koefisien korelasi 0,56 dengan membandingkan separuh soal dengan separuh
soal lainnya, maka reliabilitas skor untuk keseluruhan tes adalah: Reliabilitas
skor tes total = 0,72
b.
Pendekatan Kuder-Richardson
Metode yang banyak digunakan untuk
menentukan konsistensi internal adalah metode Kuder-Richardson, terutama KR20
dan KR21. Rumus KR21 memerlukan 3 informasi yaitu: (1) jumlah soal tes, (2)
rerata (mean), dan (3) simpangan baku (SD). rumus ini digunakan bila soal tes
diasumsikan memiliki tingkat kesukaran yang seimbang. Koefisien reliabilitas
KR21 = 1-
Contoh, jika K=50; M= 40; SD=4
Reliabilitas =49501-
24.50)4050(40−=1,021-)16(50)10(40=1,02 1- 800400= (1,02)(1-0,50) = (1,02)(0,50)
= 0,51
◊
Reliabilitas = 0,51 2 x reliabilitas untuk ½ test1 + reliabilitas untuk ½
test2 x 0,561 + 0,561,121,56KK-1M(K-M) K(SD2)
Uji reliabilitas berguna untuk
menetapkan apakah instrumen yang dalam hal ini kuesioner dapat digunakan lebih
dari satu kali, paling tidak oleh responden yang sama akan menghasilkan data
yang konsisten. Dengan kata lain, reliabilitas instrumen mencirikan tingkat
konsistensi. Banyak rumus yang dapat digunakan untuk mengukur reliabilitas
diantaranya adalah rumus Spearman Brown
Ket : R 11
adalah nilai reliabilitas
R b adalah
nilai koefisien korelasi
Nilai
koefisien reliabilitas yang baik adalah diatas 0,7 (cukup baik), di atas 0,8
(baik).
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pengukuran validitas dan reliabilitas mutlak dilakukan,
karena jika instrument yang digunakan sudah tidak valid dan reliable maka
dipastikan hasil penelitiannya pun tidak akan valid dan reliable. Penelitian
yang valid artinya bila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan
data yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Artinya, jika objek
berwarna merah, sedangkan data yang terkumpul berwarna putih maka hasil
penelitian tidak valid. Sedangkan penelitian yang reliable bila terdapat
kesamaan data dalam waktu yang berbeda. Kalau dalam objek kemarin berwarna
merah, maka sekarang dan besok tetap berwarna merah.
Instrumen yang valid harus memiliki
validitas internal dan eksternal. Instrumen yang memunyai validitas eksternal
dan internal, bila criteria yang ada dalam instrumen secara rasional telah
mencerminkan apa yang diukur. Jadi kriterianya ada di dalam instrumen itu.
Instrumen yang memiliki validitas eksternal bila criteria di dalam instrumen
tersebut disusun berdasarkan fakta-fakta empiris yang telah ada. Kalau
validitas internal instrumen dikembangkan menurut teori yang relevan, maka
validitas eksternal instrumen dikembangkan melalui fakta empiris.
B. Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis
pada khususnya. Semoga kita sebagai calon konselor masa depan yang profesional
dapat membuat suatu instrumen yang digunakan tersebut menjadi instrumen yang
valid dan reliabel. Dan semoga dengan membaca makalah ini dapat memberikan
penambahan ilmu pengetahuan yang baru bagi pembaca dan penulis pada khususnya
KEPUSTAKAAN
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif
dan R&D. Bandung: Alfabeta. Widoyoko, Eko Putro. 2012. Teknik Penyusunan
Instrumen. Yogyakarta: Putaka Pelajar.
Komentar
Posting Komentar